TV Desa – Kendal: Bisa berbaur dan belajar bersama anak-anak berkebutuhan khusus adalah suatu anugerah bagi orang yang memiliki jiwa penyayang, seperti yang dilakukan oleh Tirta Nursari, seorang Pegiat Literasi dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat Warung Pasinaon Kabupaten Semarang.
Acara yang digelar pada 14 September 2024 di Sekolah Luar Biasa Mutiara Hati Kendal kerjasam TBM Warung Pasinaon berlangsung haru dan penuh khidmat.
Motivasi mengejar mimpi
Sebut saja Iko, seorang siswa SLB Mutiara Bangsa kelas X yang tanpa lelah ingin mewujudkan mimpinya. lewat sebuah puisi ia menyuarakan cita-citanya lewat bait-bait puisi yang ditulisnya.
Pemilik nama lengkap Iko Galih Aji Pangestu pernah menyabet juara 3 dalam lomba geguritan se-Cabang Dinas 13 Jawa Tengah dalam sebuah event yang diselenggarakan antar SLB. Ia membacakan karyanya dalam acara Literasi Inklusi Goes to School yang bertajuk Indahnya Merajut Mimpi dengan Puisi yang sekaligus rangkaian acara launching buku antologi puisi “Ning Nang Ning Gung Gong, Mantra sang Pendamba” besutan para penyair yang tergabung dalam Satupena Kabupaten Semarang dan Satupena Jawa Tengah.
Sebuah Lawatan Literasi Menyentuh Hati
Taman Bacaan Masyarakat Warung Pasinaon yang berlokasi di Bergas Kabupaten Semarang, sengaja melawat ke Patean Kendal untuk membersamai para siswa disabilitas dalam membaca puisi dan menyimak karya-karya mereka yang telah ditransformasikan ke dalam Suno Artifisial Intelijen (AI).
Kegiatan yang berlangsung di tengah kebun kopi itu pun berlangsung penuh haru dan linangan air mata saat satu persatu orangtua murid tampil membacakan puisi dengan didampingi putra putrinya.
Puisi-puisi itu memang berisikan curahan hati para orang tua yang mendapatkan anugerah anak-anak dengan keterbatasan. Momen ini pun terasa begitu menguras emosi dan air mata.
Ajang Curahan Hati dan Mimpi
Ibunda Halil, seorang penyandang (down syndrome) dan ibunda Arva (seorang anak penyandang autism) mengaku senang bisa mencurahkan isi hatinya melalui bait-bait puisi yang telah ditulis dan dibacakannya. Apalagi puisi-puisi itu kemudian dikemas dalam bentuk musikalisasi puisi pula.
“Hati saya terasa lapang setelah bisa menulis dan membacakan uneg-uneg saya lewat puisi. Sungguh, semua ini bukan hal yang mudah” ujar Ibunda Arva.
Kebahagiaan Tak Terperikan
Nina DN, Kepala Sekolah SLB Mutiara Bangsa menyampaikan kegembiraannya atas berlangsungnya pembacaan puisi bersama di sekolahnya tersebut.
“Kalau biasanya kami ada kegiatan parenting, maka kali ini adalah sesuatu yang berbeda. Namun saya rasa ini sangat positif dengan memberikan ruang pada orang tua dan wali murid ini berekpresi dan mencurahkan isi hatinya lewat puisi” ujar Nina.
Sementara Tirta Nursari, Ketua TBM Warung Pasinaon yang juga Ketua Satupena Kabupaten Semarang menyampaikan, bahwa puisi adalah satu karya sastra yang berdasarkan literatur telah banyak digunakan sebagai terapi jiwa, bahkan sejak tahun 400 SM.
“Hidup yang kita jalani ini mungkin memang tak ringan. Dan mari kita ringankan, dengan menulis dan membaca puisi. Jadikan puisi ini sebagai bagian dari healing. Semoga ini membahagiakan” ujarnya.
Budi Utomo dari Satupena Jawa Tengah mengaku terharu dengan pembacaan puisi dari para orang tua dan anak disabilitas ini.
“Mata mereka mungkin tak melihat. Mungkin mereka juga tak paham apa yang dibacakan oleh ibunya. Tetapi hati mereka putih. Mereka bisa merasakan hingga menangis. Dan saya pun menangis” ujarnya
Suka baca , sastra dan berdesa
Berdesa sepenuh rasa dengan segala upaya untuk Indonesia bahagia