TvDesa Pasaman Raya: Minggu yang cerah. Secerah wajah anak-anak Sekolah Dasar (SD) yang datang berondoh-pondoh ke Rumah Mentari. Mereka datang bukan sekedar ingin mombolak-balik buku-buku yang berserak di atas terpal lapangan (Lapak Buku). Melainkan sekaligus mengikuti lomba mewarnai tingkat SD. Kegiatan itu dibuka secara langsung oleh Wali Nagari Sitombol, yang diwakili oleh Hermansyah Putra, selaku Sekretaris Nagari. Tepatnya di kampung Alai, Nagari Sitombol Padang Galugua, Kecamatan Padang Gelugur, Kabupaten Pasaman, Propinsi Sumatera Barat.
Kegiatan itu dilakukan, selain dari praktik baik pemanfaatan bantuan 1000 buku dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnasn RI), juga sekaligus mempatenkan nama Komunitas Rumah Mentari, Ruang Literatur dan Budaya. Karena yang selama ini dikenal masyarakat adalah nama Rumah Mentari dan Sanggar Seni Mentari. Dari itu, hari ini Minggu 3 November 2024, nama Komunitas Rumah Mentari telah diresmikan. Namun tidak menghilangkan keberadaan Rumah Mentari dan Sanggar Seni Mentari. Melainkan berada di bawah naungan Komunitas Rumah Mentari, Ruang Literatur dan Budaya.
Kembali ke pangkal kaji. Kegiatan di atas, hanya satu dari sekian agenda yang ada di TBM Mentari. Sebagaimana pengakuan dari ownernya, Mulyadi Putra: “ya, acara ini hanya satu dari sekian praktik baik yang kita lakukan. Karena lain dari meminjamkan buku-buku tersebut ke SD tempatan, (seminggu dua kali), kita juga membuat perjanjian bersama Komunitas Singali (pegiat seni rupa) dengan cara meminjamkan 60 judul buku. Dengan syarat musti dikembalikan dalam rentang waktu 30 hari. Setelah itu silahkan dipinjam kembali dengan jumlah dan jadwal yang sama, pada bulan berikutnya,” tutup Mulyadi.
Tentu agenda demikian juga dikerjakan oleh TBM dan atau nama lainnya yang mendapatkan bantuan 1000 buku dari Perpusnas RI. Karena khusus wilayah Sumatera Barat, lebih dari 90 TBM mendapatkan bantuan yang sama. Maka sudah dapat dipastikan mereka juga melakukan hal serupa. Mungkin pola dan konsepnya yang berbeda.
Adapun harapan kita sebagai pegiat TBM dan nama lainnya kepada Perpusnas RI, ialah lebih kepada penerbitan karya-karya anak dalam negeri. Sebab tidak jarang kita temukan di dalam bantuan 1000 buku tersebut terdapat cerita anak yang disadur dari negara luar. Ini yang musti dihindarkan. Mengingat negara kita berpenghuni lebih dari 500 suku bangsa. Jika itu berhasil dirangkum secara keselurahan, tentu ceritanya akan lebih menarik lagi. Sejatinya itu sudah dilakukan! Namun belum merata dan tertata. Mungkin!
Semoga di tahun berikutnya cerita anak negeri lebih dominan jika tidak bisa 100%. Karena sasaran pembacanya adalah anak Indonesia. Maka suatu pengenalan yang apik, ialah mendekatkan cerita suku bangsanya di mana ia tumbuh dan berkembang. Bukan menceritakan cerita orang!
Mulyadi Putra, S.Sy Mahasiswa PascaSarjana ITB Ahmad Dahlan Jakarta, Adalah Pendamping Desa Kec. Mapat Tunggul Selatan, Kab. Pasaman-Sumbar