Syafridhani Smaradhana – Opini : Selain KEJUJURAN, PERHATIAN juga merupakan mata uang yang berlaku dimana-mana. (Wise Quotes)
Seringkali terjadi, ketika ada masalah hubungan di antara pasangan, ‘Pihak Ketiga’-lah yang selalu disalahkan. Pihak Ketiga-lah yang selalu dikambing-hitamkan. Padahal jika diperhatikan dengan seksama, tak melulu dan tak semua masalah yang timbul diakibatkan oleh andil atau adanya kehadiran Pihak Ketiga.
Sebelum menyalahkan Pihak Ketiga, cobalah untuk diam sejenak, merenung dan mencermati, apakah benar Pihak Ketiga menjadi penyebab masalah yang timbul? Apakah bukan justru Anda sendiri yang membuka peluang hadirnya Pihak Ketiga, yang semata-mata kehadirannya karena (tanpa Anda sadari) kesempatan itu ada dan Anda membiarkannya hadir?
Banyak diantara kita yang tak menyadari kalau justru kita lah yang berperan dan memiliki andil besar terhadap hadirnya Pihak ketiga di dalam kehidupan rumah tangga kita. Tanpa sadar, kesempatan kita berikan sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga akhirnya pada saatnya Anda terkesiap, terkejut, marah dan memuntahkan kemurkaan Anda pada Pihak Ketiga.
Tapi sabar dulu, Tuan, Nyonya. Sebelum Anda marah-marah, silahkan cermati kehidupan Anda, keseharian Anda, aktifitas Anda, dan perhatikan dengan teliti, apakah pernah Anda memberikan perhatian yang cukup dan semestinya kepada pasangan Anda pada saat yang tepat, terutama pada saat pasangan Anda sangat membutuhkannya?
Pernahkah Anda memperhitungkan besaran ‘perhatian’ yang Anda berikan kepada pasangan Anda dibanding kemungkinan besaran ‘perhatian’ yang (berpeluang) didapatkan pasangan Anda dari orang lain (Pihak Ketiga)?
Perhatian bukan semata Anda memberikan uang, emas, rumah dan segala hal yang bersifat kebendaan, Tuan Nyonya. ‘Perhatian’ itu termasuk sapaan, belaian, kelembutan, kehangatan, kebersamaan dan lain-lain. Jika Anda beranggapan bahwa Anda cukup memberikan perhatian berupa kebendaan, siap-siap saja Anda akan ditelikung oleh pihak ketiga yang memiliki kemampuan untuk memberikan perhatian dalam hal yang selain itu. Nah, lho?!
Banyak diantara kita sepulang dari kesibukan di tempat kerja, sesampainya di rumah, masih juga menyibukkan diri dengan kesibukan lain. Sebagian (bahkan) membawa kesibukan di kantor ke dalam rumah, dan melanjutkannya dalam senyap di sudut ruangan. Tak sedikit yang menyediakan meja atau tempat kerja atau ruang kerja khusus untuk bekerja di rumah, dan bisa berdiam disitu selama berjam-jam hingga saatnya waktu tidur.
Sebagian lagi bahkan mengalokasikan dan menyediakan tempat khusus bagi hobbynya di rumah, entah berkebun, memelihara bunga atau tanaman lain, memelihara burung atau hewan ternak lain, atau hobby-hobby lain yang menurut mereka menyenangkan. Mungkin sekilas terlihat tak ada masalah dengan itu semua, karena mereka menikmatinya.
Tapi sabar dulu…
Sebelum Anda kembali menyatakan bahwa semua itu tak apa-apa karena toh menyenangkan, tanyakan kembali ke diri Anda, berapa besaran ‘perhatian’ Anda kepada pasangan Anda dibandingkan perhatian terhadap aktifitas-aktifitas Anda itu? Seimbangkah perhatian yang Anda berikan kepada pasangan Anda dibandingkan perhatian Anda terhadap semua hobby Anda itu?
Tuan dan Nyonya yang terhormat…
Tahukah Anda, bahwa sebagian besar masalah yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga yang berujung pada perpecahan (perceraian) adalah karena minimnya perhatian terhadap pasangan, BUKAN SEMATA-MATA KARENA MASALAH EKONOMI.
Lihatlah bagaimana pasangan yang hidup sederhana di rumah kontrakan dengan penghasilan yang pas-pasan bisa hidup rukun, akur dan saling menyayangi. Dan anak-anak mereka tumbuh dengan mental yang bagus, dan tak sedikit yang akhirnya berhasil dalam pendidikan dan karier mereka.
Sementara pasangan yang hidup lebih dari berkecukupan (bahkan tak sedikit yang bergelar mentereng, Prof. DR dll..), jabatan tinggi, penghasilan ratusan juta, tinggal di rumah gedongan, memiliki mobil-mobil mewah, sering melancong ke mancanegara, justru mengalami keretakan dalam rumah tangga, yang sebagian berujung pada perceraian. What is going on, Man?
Tuan dan Nyonya…
Ketika Anda kembali menginjakkan kaki di rumah Anda, itu berarti Anda sudah menjadi milik pasangan Anda, milik keluarga Anda, tidak lagi menjadi milik kantor atau jabatan atau pekerjaan atau aktifitas Anda di luar. Sebagian pasangan akan dengan lugas dan spontan menuntut perhatian dari pasangannya ketika pasangannya pulang ke rumah. Namun lebih banyak yang bersikap menunggu dalam diam, dimana sebagian dari itu menunjukkan gesture bahwa mereka butuh perhatian, sebagian lagi tak menunjukkan apa-apa dan bersikap masa bodoh, meski sebenarnya mereka sangat membutuhkan perhatian pasangannya.
Namun kenyataan yang ada terlihat bahwa sebagian dari kita terus hidup seperti itu, tak memedulikan dan bahkan tak sadar bahwa pasangan kita juga membutuhkan perhatian kita, lalu membiarkan mereka berkutat dengan kesibukan mereka sendiri, tenggelam di dalamnya, sementara kita juga terus berasyik-asyik dengan segala kesenangan kita yang tak berujung.
Tuan Nyonya yang terhormat….
Hidup bukan semata menjalani aktifitas pekerjaan dan menikmati hobby-hobby. Hidup juga adalah menikmati kebersamaan dengan pasangan yang telah kita pilih menjadi pendamping kita. Jika Anda meluputkan perhatian Anda pada pasangan Anda, jangan salahkan jika akhirnya peran itu diambil alih oleh orang lain, orang yang lebih mampu dan lebih mumpuni, dan dianggap lebih memberikan perhatian terhadap pasanganmu.
Mungkin Anda terlihat hebat dan digdaya di mata pasangan Anda, karena Anda sudah memberikan semua materi kepadanya. Tapi jika perhatian tidak dia dapatkan dari Anda, maka terbuka kemungkinan dia akan mencari perhatian dari orang lain, yang dia tidak dapatkan dari Anda. Jika hal ini terjadi, jangan salahkan orang lain, tapi salahkan diri Anda sendiri, yang tidak mengambil peran dalam memenuhi kebutuhan pasangan Anda, yakni ‘perhatian’ Anda.
Kebanyakan dari kita mendadak marah, murka, ketika tahu bahwa pasangan kita memiliki hubungan dengan orang lain, dan tak sedikit yang bersikap kasar dan malah mengancam pihak ketiga yang sudah melakukan hubungan khusus dengan pasangan kita.
Pertanyaannya adalah….
“Kemana saja Anda selama ini?”
“Dimana Anda ketika dibutuhkan?”
“Tidak cukupkah perhatian terhadap hal yang lain, hingga perhatian terhadap pasangan Anda terabaikan?”
Seharusnya Anda introspeksi, bukan menyalahkan pihak lain ketika Anda mengetahuinya. Justru Anda harus berterimakasih kepada orang lain tersebut, karena dia meluangkan waktunya untuk mendengar keluh-kesah pasangan Anda, menampung gundah-gulana pasangan Anda, dan bersikap baik terhadap pasangan Anda, yangmana hal tersebut seharusnya Anda lakukan terhadap pasangan Anda itu, dan bukannya sumpah serapah yang Anda muntahkan.
Orang lain tersebut bisa saja memiliki waktu yang terbatas karena kesibukannya, dan rela meluangkan waktunya demi pasangan Anda. Justru Anda seharusnya malu karena tidak mengambil peran dalam memberikan perhatian yang semestinya kepada pasangan Anda. Boleh jadi Anda harus membayar mahal waktu yang sudah diberikan orang lain tersebut terhadap pasangan Anda.
Jika hal itu terjadi, dan Anda merasa (masih menganggap) pasangan Anda adalah milik Anda, segeralah bersikap dengan mengambil alih peran orang lain tersebut, dengan (kembali) memberikan ‘perhatian’ kepada pasangan Anda.
Dalam banyak kasus, hadirnya Wanita Idaman Lain dan/atau Pria Idaman lain dalam kehidupan sebuah rumah tangga, seringkali diawali dengan adanya kesan yang menyenangkan disaat yang tepat. Adanya media social (WhatsApp, FaceBook dll.) memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk membunuh kejenuhan yang semakin menjadi-jadi terutama dimasa pandemic ini.
Dalam berinteraksi di media social, kita akan banyak menemukan orang-orang yang menyenangkan dan berkesan baik, yang terkadang pada akhirnya kita jadikan teman curhat kita, terlebih jika kita sedang mengalami sebuah masalah.
Fenomena media social seperti ini akan membuka kesempatan bagi terbentuknya hubungan-hubungan baru yang seharusnya secara etis tak boleh terjadi. Dan hubungan itu akan semakin intens dilakukan jika kita tak memperoleh apa yang seharusnya kita dapatkan dari pasangan kita.
Maka sudah menjadi kewajiban setiap dari kita, untuk menyikapi ini dengan bijak dan pikiran terbuka, sekaligus mengantisipasi kemungkinan terburuk, dengan memberikan perhatian yang semestinya, yang dibutuhkan pasangan kita, terlebih disaat mereka butuhkan.
Hidup kita akan berapa lama sih dengan pasangan kita? Lalu, dengan waktu yang terus menipis ini, masihkah kita melepaskan perhatian kita dari pasangan kita yang sudah kita pilih untuk menjadi pendamping kita?
Tuan, Nyonya….
Saya sangat yakin, mayoritas dari kita hanya sedikit memberikan perhatian kepada pasangan kita. JANGAN MEMBANTAH!
Delapan jam lebih sudah kita habiskan di tempat kerja, sebagian malah lebih. Lalu setelahnya, kita masih sibuk dengan segala kesenangan kita, menjalani hobby-hobby kita, kongkow–kongkow dengan kawan-kawan kita, menghabiskan malam-malam di tempat hiburan, Kafe dll. Lalu dalam kondisi stamina yang melemah, baru kita pulang. Sebagian masih mau menyapa pasangannya, membelainya, namun lebih banyak yang langsung istirahat karena kelelahan.
Sebagian lagi bahkan di hari libur menjalani aktifitas lain secara sendiri, menepi dari keramaian dan tenggelam di antara hewan-hewan peliharaannya atau di rimbunan tanaman dan bunga-bunga. Mereka lupa bahwa pasangan mereka juga mendambakan perhatian.
Tuan, Nyonya…..
Setiap detik adalah berharga…
Jika Anda memang masih menyayangi pasangan Anda dan menginginkan dia tetap menjadi milik Anda, berikanlah perhatian, agar dia merasakan bahwa dia masih dibutuhkan, dan merasa bahwa dia masih ada untuk Anda, merasa masih dihargai sebagai pasangan.
Jangan tunda hingga esok…
Lakukan saat ini juga….
Jangan bawa kesibukan dari kantor Anda ke rumah..
Jadikan rumah adalah tempat bersenang-senang dan menyenangkan pasangan Anda. Jangan biarkan dia berkawan dengan khayalannya sendiri, yang memberi peluang hadirnya orang lain dalam khayalannya itu..
Jika dimungkinkan aktifitas hobby Anda dilakukan bersama-sama pasangan, ajaklah pasangan Anda turut serta. Jika tidak bisa, tinggalkan saja hobby Anda itu, karena itu hanya akan mengurangi perhatian Anda kepada pasangan Anda. Tidak melakukan hobby yang Anda sukai tidak menjadikan duniamu hancur, terlebih hobby yang hanya membuang-buang waktu, biaya dan energy dan melalaikan Anda dari ibadah.
So….
Jika tak menginginkan adanya ‘someone else’ or ‘a hero’ lain di antara kehidupan Anda dengan pasangan Anda, berikan perhatian dengan kadar yang semestinya, yang selayaknya dia dapatkan. Jangan biarkan pasanganmu bermain dalam dunianya sendiri. Jika dimungkinkan, pada saat lepas kesibukan, ajaklah pasanganmu ke tempat-tempat romantis, berdua saja.
Jika Anda menyibukkan diri dengan hobby apapun, ajaklah pasangan Anda menjadi partner di dalamnya, agar hobby Anda semakin bertambah menyenangkan. Dan dengan begitu, Anda telah menutup atau setidak-tidaknya menghindari adanya kesempatan Pihak Ketiga yang kita tuduh sebagai Pelakor atau Pebinor atau Wanita Idaman Lain atau Pria Idaman Lain untuk merusak kebersamaan Anda dengan pasangan Anda.
“Cintai pasangan Anda seperti Anda mencintai diri Anda sendiri. Berikan perhatian yang layak sebagaimana Anda juga butuh perhatian. Karena sesal kemudian tiada berguna.”
—-@BumiBupolo—
Activity:
•Reporter •Advocate (Kandidat Notaris PPAT) •Konsultan Pendidikan El-Hikam Consultant Center (Overseas Education Link – ECC Indonesia) •Lecturer
Experience:
•Reporter & News Anchor TVRI •Medical Reps. Eisai Indonesia •HRD Metro Selular Nusantara
***
“Hidup adalah petualangan yang berani atau tidak sama sekali.” – Helen Keller