TVDesa – Kutai Kartanegara : Desa Loa Duri Ulu di Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) telah memanfaatkan berbagai platform media sosial seperti Facebook, TikTok, Instagram, YouTube, dan situs web resmi mereka di loaduriuluofficial, untuk menyampaikan perkembangan dan kegiatan di wilayah mereka.
“Tim media kita terdiri dari tiga orang, dengan dukungan dari staf desa, dan alhamdulillah kita telah berhasil mengumpulkan ribuan pengikut di berbagai platform seperti FB, Instagram, TikTok, dan YouTube,” ujar Riski Aldianur, Ketua Tim Media Desa Loa Duri Ulu, dilansir dari beritakaltim, Sabtu (30/3/2024).
Meskipun baru berusia 2 tahun, Riski Aldianur menyatakan bahwa pengembangan media sosial mereka telah menunjukkan pertumbuhan yang positif, meskipun di tengah tantangan pandemi COVID-19. Kegiatan liputan tim media melibatkan seluruh aspek pembangunan desa dan selalu dihadiri oleh kepala desa (kades), sehingga memudahkan masyarakat unuk mengetahui setiap kegiatan pemerintahan desa.
Selain memiliki peran vital dalam meliput semua kegiatan yang berlangsung di desa tersebut, tiam juga bertugas mempersiapkan acara-acara kepala desa, sehingga acara berjalan dengan lancar.
Namun, tim media Desa Loa Duri Ulu juga menghadapi beberapa kendala, termasuk akun YouTube desa yang pernah terbanned, memaksa mereka untuk membuat channel baru.
“Ini sebenarnya yang masih menjadi kendala kami, namun dengan seiring berjalannya waktu insyaallah kedepannya akan baik,” tegasnya dengan penuh harapan.
Kendati demikian, ia tetap berupaya membangun basis pengikut yang kuat dan berkelanjutan untuk memastikan informasi yang disampaikan dapat mencapai lebih banyak orang di masa mendatang.
“Dengan adanya informasi berkelanjutan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat desa loa duri ulu,” pungkasnya.
Menjemput nasib, seperti yang diprediksikan Roland Barthes dalam bukunya, The Death of the Author (1968), yang meramalkan matinya sang pengarang. Memang, pengarang bisa menghadirkan diri lagi—meski “hanya” lewat dunia maya, yakni media sosial di Internet—namun jika itu ditahbiskan, maka praktik kebebasan atau keleluasaan pembaca dalam menafsirkan suatu karya akan pupus.