TVDesa – Tanah Laut : Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, Desa Pemuda di Kabupaten Tanah Laut hadir sebagai oase kesegaran. Desa yang baru berusia 12 tahun ini menyimpan kisah inspiratif tentang semangat muda dan perjuangan membangun negeri dari nol.
Berbeda dengan desa-desa pada umumnya, Desa Pemuda memiliki sejarah pembentukan yang unik. Desa ini lahir dari sebuah gagasan berani untuk mengubah kawasan hutan belantara menjadi permukiman yang produktif. Inisiatif ini digagas oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Tanah Laut pada era 70-an dan 80-an di bawah kepemimpinan H Anang Bachransyah.
Ketua Serikat Sejarah Tanah Laut, Hanapiyanoor Tajali, menjelaskan bahwa saat itu KNPI gencar mendorong program transmigrasi untuk membuka lahan baru. Pemuda-pemudi dari berbagai suku dengan semangat juang yang tinggi kemudian didatangkan ke kawasan hutan tersebut. “Mereka rata-rata berusia 20 hingga 30 tahun dan sudah menikah,” ungkap Hanapi.
Dengan semangat gotong royong yang tinggi, para pemuda ini mulai menggarap lahan yang masih perawan. Pemerintah pun memberikan dukungan berupa fasilitas dan bantuan lainnya untuk mempercepat proses pembangunan desa. Setelah lima tahun bermukim, mereka diberikan sertifikat tanah sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras mereka.
Kini, Desa Pemuda telah menjelma menjadi desa yang maju dan mandiri. Keberhasilan Desa Pemuda ini membuktikan bahwa dengan semangat muda, kerja keras, dan dukungan pemerintah, mimpi untuk membangun sebuah desa dari nol dapat terwujud. Kisah Desa Pemuda ini menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus berkarya dan berkontribusi bagi pembangunan bangsa.
Menjemput nasib, seperti yang diprediksikan Roland Barthes dalam bukunya, The Death of the Author (1968), yang meramalkan matinya sang pengarang. Memang, pengarang bisa menghadirkan diri lagi—meski “hanya” lewat dunia maya, yakni media sosial di Internet—namun jika itu ditahbiskan, maka praktik kebebasan atau keleluasaan pembaca dalam menafsirkan suatu karya akan pupus.