TVDesa – Yogyakarta : Meningkatnya minat wisatawan perempuan untuk berwisata mandiri telah membuka peluang besar bagi pengembangan pariwisata di Indonesia. Melihat potensi ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT), serta Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) secara bersama-sama mendorong pengembangan desa wisata yang ramah perempuan.
Hal ini disampaikan Sekretaris Utama Kementerian Pariwisata Ni Wayan Giri Adnyani dalam Forum Diskusi Group (FGD) ‘Peningkatan Kapasitas Perempuan di Desa Wisata’ yang diselenggarakan oleh Badan Pelaksana Otorita Borobudur (BOB) di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. “Sosialisasi pedoman ini bertujuan menumbuhkan kesadaran bahwa posisi perempuan dan laki-laki sama dalam pengelolaan desa wisata,” tegas Giri.
Perempuan sebagai Penggerak Utama
Data Jaringan Desa Wisata (Jadesta) menunjukkan bahwa sekitar 23% dari total desa wisata di Indonesia dikelola oleh perempuan. Meskipun persentase ini masih terbilang kecil, namun pemerintah melihat potensi besar dari keterlibatan perempuan dalam pengelolaan desa wisata. “Jika ada peluang perempuan masuk sebagai pemimpin di desa wisata yang lain, maka jangan dihalangi,” ujar Giri.
Kehadiran perempuan dalam tata kelola desa wisata dinilai dapat menciptakan suasana yang lebih aman dan nyaman bagi wisatawan perempuan, terutama bagi mereka yang melakukan perjalanan solo. Tren perjalanan solo perempuan (Women Solo Travel) semakin meningkat, dan Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi favorit bagi para wisatawan perempuan ini.
Pedoman Desa Wisata Ramah Perempuan
Untuk mendukung pengembangan desa wisata ramah perempuan, pemerintah telah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama yang mengatur sejumlah pedoman. Beberapa di antaranya adalah:
- Pelibatan perempuan dalam kelembagaan: Perempuan harus diberikan kesempatan yang sama untuk terlibat dalam pengambilan keputusan di tingkat desa wisata.
- Aksesibilitas dan keamanan: Fasilitas dan atraksi wisata harus dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan dan keamanan perempuan.
- Sumber daya manusia: Desa wisata perlu melibatkan lebih banyak perempuan dalam pengelolaan dan pelayanan wisatawan.
- Pendekatan usaha: Usaha yang dikembangkan di desa wisata harus melibatkan perempuan dan memberikan manfaat ekonomi bagi mereka.
- Promosi: Konten promosi desa wisata harus memperhatikan aspek kesetaraan gender dan perlindungan terhadap perempuan.
Peluang Besar bagi Desa Wisata di Yogyakarta
Badan Pelaksana Otorita Borobudur (BOB) melihat potensi besar pengembangan desa wisata ramah perempuan di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah, khususnya di kawasan otorita Borobudur. “Kami siap memfasilitasi berbagai desa wisata untuk menghadirkan keamanan dan kenyamanan bagi wisatawan,” ujar Plh Direktur Utama BOB Yusuf Hartanto.
Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Sleman Kus Endarto mengakui bahwa peran perempuan dalam pengembangan desa wisata di Sleman sangat besar. Meskipun belum banyak desa wisata yang dipimpin oleh perempuan, namun kontribusi mereka dalam berbagai kegiatan sangat signifikan.
Redaksi TV Desa News adalah akun Team Redaksi di Kantor Pusat TV Desa News