TVDesa – Bantaeng : Dalam suasana meriah memperingati Hari Jadi ke-770, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, menggelar festival kaloli. Makanan tradisional yang terbuat dari beras ketan dan dibungkus daun nipah ini bukan hanya sekedar kuliner, tetapi juga mengandung nilai sejarah dan budaya yang mendalam.
Kaloli, dengan bentuk ujungnya yang menyerupai passapu (topi adat Bugis Makassar), melambangkan ikatan kekerabatan yang kuat di antara masyarakat Bantaeng. Makanan ini dipercaya telah ada sejak zaman Kerajaan Gantarangkeke dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat Bantaeng.
“Kaloli bukan hanya makanan, tapi juga cerminan sejarah dan budaya kita,” ujar Zainal, salah satu juri lomba kaloli. “Festival ini adalah upaya kita untuk melestarikan warisan leluhur dan memperkenalkan kekayaan budaya Bantaeng kepada dunia.”
Kabupaten Bantaeng yang memiliki sebutan Butta Toa, melalui Dinas Pariwisata setempat, merasa perlu membuat Festival kaloli yang telah dimulai 2 hari sebelum puncak perayaan hari jadi Bantaeng, yang jatuh pada tanggal 7 Desember setiap tahunnya. Kaloli yang masih dioleh secara tradisional dengan dibungkus daun nipah atau enau ini, merupakan makanan khas masyarakat sulawesi selatan khususnya di Bantaeng. Mempunyai tekstur mirip dengan lontong, Kaloli ini akan terasa sangat enak dinikmati bersama pasangan lauknya yaitu gagape, olahan daging ayam kampung yang dimasak bersama kelapa parut sangrai.
Lebih dari Sekadar Makanan
Selama festival yang berpusat di Anjungan pantai seruni Kecamatan Bantaeng, ribuan kaloli dengan berbagai bentuk dan ukuran dipamerkan. Tidak hanya itu, berbagai kegiatan budaya lainnya juga digelar, seperti parade budaya, tarian massal, dan pameran kerajinan tangan.
Salah satu yang menarik perhatian adalah keberadaan Panca Lasuji, rumah panggung mini yang beratapkan dan berdinding kaloli. Setiap desa membawa Panca Lasuji yang dihias dengan berbagai hasil pertanian khas daerahnya. Ini menjadi ajang promosi potensi pertanian sekaligus memperkenalkan keunikan budaya masing-masing desa.
Potensi Pariwisata
Festival kaloli tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya, tetapi juga memiliki potensi besar untuk menarik wisatawan. Dengan mengangkat kearifan lokal dan keindahan alam Bantaeng, festival ini diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dan memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah.
Lahir di Bantaeng 1 Januari 1975 danĀ menjadi Pendamping Lokal Desa sejak 2017 sampai sekarang, mendirikan organisasi FORUM DA’I POLSEK TOMPOBULU dan menjadi penasehat dalam struktur kepengurusan serta bergabung di BKPRMI sebagai koordinator Komunikasi antar Lembaga