TV Desa – Indramayu : Wajah Nursalis Vika (23), salah satu Warga Desa Bugel, nampak sumringah setelah mendapatkan vaksinasi covid 19.
“Alhamdulillah saya sudah di Vaksin, ini Vaksin yang pertama, saya sempat takut divaksin karena berita bohong yang tersebar di media sosial. Ikut vaksin di Balai Desa Bugel mudah mudahan dapat undian sepeda motor, ” tukas Nursalis Vika.
Vika mengaku, sebelumnya merasa takut divaksin, namun setelah mendengar informasi adanya vaksinasi yang berhadiah sepeda motor ia dengan semangat mendatangi balai Desa setempat untuk mendapatkan vaksin.
“Doorprize dua sepeda motor ini, sebagai bagian dari upaya kami untuk membujuk warga agar mau diberikan vaksin covid-19, ” kata Kusnadi Kepala Desa Bugel, Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu pada Rabu (27/10/2021).
Strategi iming-iming doorprize sepeda motor, dikatakan Kusnadi cukup berhasil menarik minat warga. Tidak sedikit warga yang datang untuk menerima vaksin.
“Strategi ini cukup berhasil, yang sebelumnya warga tidak mau divaksin, sekarang banyak warga yang datang untuk ikut di vaksin, “katanya.
Dijelaskan Kusnadi, Pemberian dosis vaksinasi terhadap masyarakat Kecamatan Patrol baru sebanyak 70 Persen. Ia berharap, dengan adanya iming-iming doorprize sepeda motor, dapat menarik antusias masyarakat untuk mengikuti kegiatan vaksinasi.
“Dua sepeda motor ini, sengaja kami berikan untuk memancing antusias warga agar mau menerima vaksin, “kata Kusnadi.
Kusnadi menargetkan empat ratus warga mendapatkan vaksinasi setiap harinya akan terlampau dengan adanya doorprize dua sepeda motor tersebut.
“Antrian vaksinasi terus terjadi terjadi di Kecamatan Patrol Kabupaten Indramayu. Walaupun terjadi antrian, kami tetap terapkan protokol kesehatan, dengan menjaga jarak dan menggunakan masker, ” tutup Kusnadi.
Menjemput nasib, seperti yang diprediksikan Roland Barthes dalam bukunya, The Death of the Author (1968), yang meramalkan matinya sang pengarang. Memang, pengarang bisa menghadirkan diri lagi—meski “hanya” lewat dunia maya, yakni media sosial di Internet—namun jika itu ditahbiskan, maka praktik kebebasan atau keleluasaan pembaca dalam menafsirkan suatu karya akan pupus.