TV Desa – Matim : “Saya minta kepada Bapak-Bapak Kepala Desa ini untuk bisa melakukan pendekatan melalui Tu’a Golo, Tu’a Teno, Tu’a Gendang, dan Tu’a Kilo,” demikian disampaikan Wakil Bupati (Wabup) Manggarai Timur (Matim), Jaghur Stefanus, di Aula Kantor Camat Kota Komba Utara, Jumat, (27/9/2021).
Petuah bijak tersebut disampaikan Jaghur, saat melantik kepala desa terpilih periode 2021-2027, dari wilayah Kecamatan Komba Utara, yakni Samforianus Arifman, S.Pd. sebagai Kepala desa Desa Rana Mbeling, dan Ignasius Adiman sebagai kepala desa Desa Golo Nderu. Dua kepala desa terpilih Kecamatan Kota Komba, juga dilantik, yakni Nobertus Nekong dari Desa Bamo dan Yesen Ngambut dari Desa Rana Kolong.
“Dengan kemajuan teknologi sekarang, Kepala Desa harus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan potensi desa dengan tetap berbasis pada kearifan lokal untuk menjadi sumber ekonomi demi kesejahteraan masyarakat,” tegas Jaghur Stefanus.
Jaghur menyampaikan, sebisa mungkin masalah-masalah di desa diselesaikan di tingkat desa saja dengan komunikasi dan pendekatan kekeluargaan. Tradisi Manggarai dalam penyelesaian masalah melalui Tu’a golo, yaitu salah seorang pemimpin tertinggi di sebuah kampung, harus dilestarikan.
Desa merupakan pilar kokohnya penyelenggaraan ekonomi daerah, juga ditekankan Jaghur. Oleh karena itu, Kepala Desa dituntut untuk dapat memanfaatkan, mengeksplorasi serta mengelola potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia sebagai sumber ekonomi masyarakat.
Lebih lanjut, Jaghur menegaskan bahwa Pemerintah Desa merupakan garda terdepan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara cepat, efektif, dan efisien. Pemerintah Desa harus responsif dan cepat tanggap terhadap permasalahan di masyarakat.
Terpantau hadir dalam acara pelantikan, Wakil Ketua TP-PKK Kabupaten Matim, Ny. Alexandrina Anggal Jaghur, Kepala Dinas PMD Manggarai Timur, Gaspar Nanggar, Kepala Dinas Nakertrans Manggarai Timur, Sifridus Jahang, Kepala Dinas Perindagkop Manggarai Timur, Fransiskus P. Sinta, Camat Kota Komba, Regina Malon, Camat Kota Komba Utara, Tony Saka, tokoh adat dan tokoh agama.
Menjemput nasib, seperti yang diprediksikan Roland Barthes dalam bukunya, The Death of the Author (1968), yang meramalkan matinya sang pengarang. Memang, pengarang bisa menghadirkan diri lagi—meski “hanya” lewat dunia maya, yakni media sosial di Internet—namun jika itu ditahbiskan, maka praktik kebebasan atau keleluasaan pembaca dalam menafsirkan suatu karya akan pupus.