TV DESA – Aceh Tenggara : Putri kembar siam dempet kepala (craniopagus) Fitri Rahmawati (FR) dan Fitri Sakinah (FS) asal Kutacane, Aceh Tenggara, kelahiran 2 Mei 2015 lalu dipastikan mendapat pendidikan SD inklusif. Demikian kepastian yang diberikan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Tenggara — Bakri Syahputra, saat berkunjung ke rumah kembar siam itu bersama Kepala Dinas Sosial Aceh Tenggara — dan Fakhrur Razi-Tenaga Ahli P3MD Aceh Tenggara beberapa waktu lalu.
“Mengingat jenjang Pendidikan sudah memasuki usia Sekolah Dasar, maka proses pendidikan selanjutnya akan dilakukan dengan metode belajar mengajar yg dilakukan di rumah atau homeschooling,” sebut Bakri.
Lebih lanjut, Kadisdikbud Aceh Tenggara meminta Kabid Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Disdikbud Aceh Tenggara dan yang terkait agar segera menugaskan seorang guru untuk memberikan materi Pendidikan dengan homeschooling. “Ini harus segera ditindaklanjuti,” sebut Bakri.
Disamping itu, Kepala Dinas Sosial Aceh Tenggara juga dipastikan akan mempersiapkan anggaran berupa Gaji Guru, Perawat dan kebutuhan sehari-hari bagi kembar siam ini. “Dinas Sosial Aceh Tenggara juga dipastikan akan mempersiapkan anggaran berupa Gaji Guru, Perawat dan kebutuhan sehari-hari bagi kembar siam ini, semoga kita semua kedepan dapat memberikan perhatian lebih khusus lagi untuk masa depannya, khususnya untuk pelayanan pendidikan tanpa melihat keterbatasan. Putri kembar siam ini sangat berhak mendapat pelayanan pendidikan seperti peserta didik lainnya,” ungkap Sadli.
Kembar Siam
FR dan FS kini sudah berusia Enam tahun Empat bulan. Mereka pun telah tumbuh dan berkembang, bisa berjalan sendiri. Kondisi kedua putri ini bicaranya banyak, dan pintar.
Bahkan, menurut Psikolog RSUP Dr Sardjito yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Psikolog Klinis Indonesia, Indria Laksmi Gamayanti, salah satu dari kedua anak tersebut skor inteligensinya mencapai 127.
“Kondisi FR dan FS saat ini tidak sederhana, sangat kompleks, dengan otak yang menyatu lebih dari 70 persen sehingga sangat berisiko. Penanganan bayi kembar siam itu sejak awal dirahasiakan dan disampaikan sekarang karena sudah seizin orang tua dan tim medis yang menangani,” ujar Ketua Tim Medis bayi FS dan FR, dr. Rahmat Andi Hertanto.
Bayi FR dan FS, sebelumnya dirawat dan dilakukan tindakan di Empat Rumah Sakit. Antara lain, RSUD H Sahidin Kutacane, RSUD Dr Zaenoel Abidin Banda Aceh, RSPAD Gatot Subroto, dan RSUP Dr Sardjito. “Dan kolaborasi empat rumah sakit tersebut, sebut Rahmad, dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama Tim Penanganan Bayi Kembar Siam atas nama FR dan FS,” serta berkoordinasi bersama Prof Goodrich – pakar bayi kembar siam craniopagus dari Amerika.
Operasi sudah berjalan beberapa kali. Namun, karena dari Komite Etik dan Tim Bioteka memberikan pertimbangan khusus, yakni mengutamakan keselamatan bayi. “Saat ini kedua putri diberi kesempatan oleh Allah untuk tetap hidup serta setiap tindakan selalu atas izin orang tua, maka kedua bayi tersebut tetap dipertahankan hidup dengan kepala dempet,” ulas dr. Rahmat Andi Hertanto. (*)