TV Desa – Bali : Pada masa diberlakukannya Undang-Undang nomor 6 tahun 2014, pendamping desa merupakan nama yang cukup populer. Nama tersebut menunjuk pada suatu profesi yang diakui dapat membantu pemerintah baik dalam menjalankan tugas pokok pendampingan desa maupun pendampingan masyarakat desa
Pendamping desa merupakan salah satu profesi dari tenaga pendamping profesional yang bertugas di tingkat kecamatan. Selain pendamping desa, masih ada pendamping lokal desa yang bertugas di desa dan beberapa yang disebut tenaga ahli yang bertugas di kabupaten/kota, provinsi, maupun di pemerintah pusat
Selain tugas yang menuntut beragam keahlian, hal lain yang menantang dari tenaga pendamping desa adalah peran kehadirannya sebagai representasi dari negara. Peran tersebut melekat dengan sendirinya karena pendamping desa merupakan tenaga ahli yang direkrut untuk menjadi kepanjangan kaki dan tangan pemerintah yang tidak mampu secara intensif hadir di desa-desa
Citra diri seperti apakah yang semestinya dimiliki oleh setiap pendamping desa? Setiap pendamping desa boleh memiliki gambarannya sendiri tentang citra diri pendamping desa. Namun gambaran masing-masing tentang citra diri pendamping desa tentu merupakan gambaran citra diri pendamping desa yang positif.
citra pendamping desa adalah gambaran tentang “diri” pendamping desa dari perspektif orang lain.. Citra pendamping desa merupakan gambaran ideal tentang diri pendamping desa yang dibangun berdasarkan citra positif dan nilai-nilai konstruktif yang seharusnya diinternalisasi setiap pendamping desa guna bisa menjadi pribadi pendamping desa yang berfungsi sepenuhnya (fully function person).
Seperti yang dituturkan Jero Kadek, panggilan akrab dari I Kadek Suardika “Manusia masih bisa hidup tanpa pekerjaan, tetapi manusia tidak akan bisa hidup apabila dia tidak memiliki Makna Hidup. Kebutuhan hidup bermakna adalah spiritual yang akan menggairahkan kita dalam bekerja. Inilah sesungguhnya, yang harus dimiliki oleh seorang yang bekerja. Ketika ia sudah menemukan makna hidup dalam bekerja itulah citra dirinya”
Lebih lanjut Jero Kadek menuturkan “ Untuk sampai kesana, kuncinya adalah dengan mengajukan pertanyaan yang paling esensial” :
Siapa saya?
Untuk apa diciptakan oleh Tuhan?
Untuk apa kita ‘diutus’ oleh Tuhan?
Apa yang bisa saya kerjakan sesuai dengan pekerjaan yang sedang lakoni?
Apa yang sudah diwariskan dalam hidup ( leaving legacy) untuk orang banyak dan alam ini?
“Ketika semuanya sudah terjawab itulah misi suci yang dititipkan Tuhan yang harus kita realisasikan dengan bekerja” ujarnya.
Perubahan untuk menjadi “diri” sejati, menjadi pribadi yang bermanfaat sepenuhnya, adalah proses yang bergantung pada diri yang bersangkutan.
Proses ini memang “menyakitkan” dibutuhkan keberanian meninggalkan zona nyaman, menuju perubahan yang lebih baik.
Sumber : Kadek Suardika & Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas PD/PLD
I Made Adi Parmadi ( TAPM Prov Bali) – PIC Media Prov Bali