Home / Profil

Minggu, 24 Oktober 2021 - 17:18 WIB

Mebel-Kain Goyor Sambirembe, Dipakai ASN, Rambah Timur Tengah dan Afrika

#Dian Purnama Putra - Penulis

TV Desa – Sragen : Di Desa Sambirembe, Kecamatan Kalijambe, 400 orang perajin bekerja mandiri di industri rumahan. Belum terhitung jumlah perajin yang bekerja di pabrik skala besar. Usaha pengolahan kayu sambirembe, memang sudah berjalan puluhan tahun. Dukungan dari asosiasi permebalan, membuat usaha ini tetap eksis, tidak terkikis jaman.

”Secara alami Kecamatan Kalijambe sudah terbentuk pasar mebel. Ketika dicoba membuat pusat penjualan mebel, tidak bertahan lama. Karena pembeli lebih suka langsung menuju rumah perajin. Tidak bisa dipaksakan dalam satu kompleks,” ujar Mustaqim, perangkat desa setempat saat dimintai keterangan.

Potensi Desa Sambirembe,  di bidang permebelan dan kain goyor, memang sudah tidak ragukan lagi. Bahkan produk dari desa ini sudah tembus pasar Timur Tengah dan Afrika. Lokasi Desa Sambirembe tidak jauh dari Kota Solo. Jika berkendara hanya membutuhkan waktu sekitar 30-45 menit sudah sampai. Di desa ini banyak dijumpai home industri, terutama permebelan dan tenun.

”KUB kami sudah banyak menjalin komunikasi dengan pemerintah provinsi dan kabupaten. Sering mendapatkan pelatihan dan pendampingan. Selain itu kami bekerja sama dengan perguruan tinggi di Solo,” terang Mustaqim.

Baca Juga |  Warga Desa Kutorenon Lumajang, Kreasikan Pasar Perum Biting

Kerja sama dengan universitas ini membuat para perajin mendapatkan berbagai pelatihan penjualan maupun teknik desain produksi. Sehingga desain yang dikembangkan mengikuti zaman dan selera konsumen.

Tidak hanya mebel, di desa ini juga ada perajin tenun goyor. Bahkan perajin lokal saat ini sudah berani ekspor ke Somalia di Afrika. Pasar kain goyor juga diminati sampai Timur Tengah.

”Karena kain goyor di sana punya prestis. Di sana hawanya panas, dengan memakai goyor terasa lebih nyaman,” papar Mustaqim.

Harga kain goyor yang lebih tinggi daripada daya beli pasar lokal, membuat pasar kain goyor lebih potensial di luar negeri.

”Sebenarnya sudah tahun 80 diekspor. Sasarannya negara-negara Timur Tengah. Kalau yang dekat di Brunei Darusalam dan Malaysia,” terang Mustaqim.

Penenun di Sambirembe ada sekitar 150 orang. Namun pengepulnya mayoritas dari luar Sragen. Kalau dari sekitar Sambirembe ada lima orang. Namun tidak ada kelompok yang mengakomodasi usaha tenun goyor di Sambirembe.

Baca Juga |  Wisata Gumuk Watu, Surga Tersembunyi di Jember

Sempat ada koperasi mebel yang dimanfaatkan untuk goyor. Pada saat itu Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah memiliki program one village one product. Koperasi itu akhirnya diaktifkan lagi untuk membuka jalan bantuan dari pemerintah pusat. Namun, dalam perjalanan akhirnya kandas dan perkembangannya tidak signifikan. Sehingga para pengusaha tenun berpikir lagi untuk membuat koperasi. Kain goyor ini sekarang sudah menjadi seragam wajib bagi aparatur sipil negara (ASN) Sragen.

Follow WhatsApp Channel tvdesanews.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow
Berita ini 51 kali dibaca

Share :

Baca Juga

Profil

Mantan Rektor Jadi Ketua RT: Desa Mambak Miliki Pemimpin Inspiratif

Profil

Sosialisasi Perlindungan dan Pengelolaan Hutan Negara Perhutani BKPH Sumbermanjing

Profil

Andi Suhandi: Kepala Desa yang Tak Malu Kotor-Kotoran demi Desa

Profil

Miau Baru: Desa Hijau di Tengah Lautan Sawit

Profil

Desa Kurau Barat: Pelopor Blue Economy di Bangka Tengah

Profil

Hutan Jadi Emas: Desa Tambakasri Sukses Kelola Hutan Bersama Perhutani

Profil

Alek Gadang Pauh: Warisan Budaya Minang Bersinar Kembali

Profil

Klinterejo: Desa Maju di Mojokerto dengan Potensi yang Mengesankan