TVDesa – Surabaya : Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar menekankan pentingnya optimalisasi dalam pembangunan desa untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi di daerah. Hal ini disampaikannya saat memberikan arahan dalam kegiatan Peningkatan Kapasitas Tenaga Pendamping Profesional Berbasis Learning Management System (LMS) di Surabaya, Senin (22/7/2024).
“Optimalisasi ini mencakup berbagai aspek, mulai dari peningkatan kapasitas pendamping, melibatkan masyarakat secara aktif, hingga perencanaan dan pengawasan pembangunan yang lebih efektif,” ujar Gus Halim, sapaan akrab Menteri Desa PDTT.
Salah satu kunci keberhasilan pembangunan desa, menurut Gus Halim, adalah peran tenaga pendamping profesional. Mereka diharapkan mampu memberikan pendampingan yang berkualitas kepada masyarakat desa dalam mengelola pembangunan.
“Tenaga pendamping harus bisa menjadi fasilitator yang baik, membantu masyarakat desa dalam mengidentifikasi potensi lokal, menyusun perencanaan pembangunan yang tepat, dan mengakses berbagai sumber daya yang tersedia,” jelasnya.
Dampak Ekonomi yang Signifikan
Optimalisasi pembangunan desa tidak hanya berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga berpotensi memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Desa-desa yang maju dan mandiri akan menjadi motor penggerak perekonomian daerah dan nasional.
“Dengan mengoptimalkan potensi desa, kita dapat menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi angka kemiskinan, dan meningkatkan pendapatan masyarakat,” ujar Gus Halim.
Fokus pada Pembangunan Berkelanjutan
Dalam arahannya, Gus Halim juga menekankan pentingnya pembangunan desa yang berkelanjutan. Pembangunan tidak hanya berorientasi pada pembangunan fisik, tetapi juga pada pembangunan sumber daya manusia dan lingkungan.
“Kita harus membangun desa yang tangguh, mandiri, dan berkelanjutan. Pembangunan desa harus berbasis pada potensi lokal dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat,” tegasnya.
Kegiatan peningkatan kapasitas tenaga pendamping profesional ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi dan profesionalisme para pendamping dalam menjalankan tugasnya. Dengan demikian, diharapkan dapat mempercepat tercapainya tujuan pembangunan desa yang lebih maju dan sejahtera.
Menjemput nasib, seperti yang diprediksikan Roland Barthes dalam bukunya, The Death of the Author (1968), yang meramalkan matinya sang pengarang. Memang, pengarang bisa menghadirkan diri lagi—meski “hanya” lewat dunia maya, yakni media sosial di Internet—namun jika itu ditahbiskan, maka praktik kebebasan atau keleluasaan pembaca dalam menafsirkan suatu karya akan pupus.