TV Desa – Padang Pariaman : Pembangunan ekonomi Indonesia terutama pada hilirisasi industri dengan tujuan kemakmuran merupakan garis pemikiran almarhumah Dr. Enny Sri Hartati – Ekonom Senior Institute for Development of Economic and Finance – INDEF, meninggal pada hari Kamis (01/07/2021).
Hal tersebut diungkap oleh Dr. Esther Sri Astuti – Ekonom INDEF dalam acara webinar Mengenang 100 hari Dr. Enny Sri Hartati bertajuk “Ekonomi Tumbuh dengan Daya Saing, Hilirisasi, dan Industri yang Kuat” yang diselenggarakan oleh Universitas Paramadina Jakarta, Sabtu (09/10)
“Hal itu senada dengan keinginan Presiden Jokowi yang menginginkan Indonesia menjadi negara berpenghasilan 5 besar dunia dalam pertumbuhan ekonomi pada 2045,” katanya.
Esther Sri Astuti menyampaikan bahwa untuk mencapai hal Itu Indonesia harus menyelesaikan pekerjaan rumah. Pertama, dibutuhkan transformasi ekonomi untuk bisa mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.”
Kedua, perlu effort untuk bisa mendapatkan benefit dari komoditas dengan meningkatkan nilai tambah dari komoditas mentah diolah menjadi produk turunan sehingga bernilai signifikan untuk diekspor.
Ketiga, Esther juga mengungkap tantangan bahwa industri di Indonesia hanya mengadopsi 6 % saja teknologi tinggi, dan 30 % teknologi menengah. Maka dari itu perlu dukungan anggaran R & D serta peningkatan skill pekerja industri.
Dr. Eisha M. Rachbini, Ekonom INDEF.Dr. Eisha M. Rachbini, Ekonom INDEF mengungkapkan pokok-pokok pikiran almarhumah Enny Sri Hartati yang perlu dijadikan bahan perbaikan perekonomian nasional diantaranya adalah daya saing produk dalam negeri yang terus menurun dan tersisih oleh produk impor.
Hal lainnya adalah bagaimana meningkatkan produktifitas industri. Sementara terlihat PMI – Purchasing Managers Index Manufaktur Indonesia terus menurun dari 50.9 (2018) menjadi 49.7 (2019), dan 44,69 (2020). Untuk itu sangat diperlukan investasi yang memberikan nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja.
“Diperlukan investasi terkait rantai pasok global dan kinerja perdagangan Indonesia. Global Competitiveness Index Indonesia terus turun dari semula diurutan ke-37 (2017),ke- 45 (2018) dan ke-50 pada 2019,” tukas Eisha M. Rachbini.
Siaran Pers : Arief H. Tito – Humas & Publikasi Universitas Paramadina (HP/ WA : 08159181188)

Penggiat Desa. Lakukan yang Perlu saja (Prioritas).
Kita Gak perlu memenangkan semua Pertempuran.
Tinggal di Padang Pariaman, Sumatera Barat.