Home / Siaran Pers

Senin, 11 Oktober 2021 - 09:11 WIB

Mengenang 100 Hari Ekonom Senior INDEF Enny Sri Hartati

Ali Akbar - Penulis

TV Desa – Padang Pariaman : Pembangunan ekonomi Indonesia terutama pada hilirisasi industri dengan tujuan kemakmuran merupakan garis pemikiran almarhumah Dr. Enny Sri Hartati – Ekonom Senior Institute for Development of Economic and Finance – INDEF, meninggal pada hari Kamis (01/07/2021).

Hal tersebut diungkap oleh Dr. Esther Sri Astuti – Ekonom INDEF dalam acara webinar Mengenang 100 hari Dr. Enny Sri Hartati bertajuk “Ekonomi Tumbuh dengan Daya Saing, Hilirisasi, dan Industri yang Kuat” yang diselenggarakan oleh Universitas Paramadina Jakarta, Sabtu (09/10)

“Hal itu senada dengan keinginan Presiden Jokowi yang menginginkan Indonesia menjadi negara berpenghasilan 5 besar dunia dalam pertumbuhan ekonomi pada 2045,” katanya.

Esther Sri Astuti menyampaikan bahwa untuk mencapai hal Itu Indonesia harus menyelesaikan pekerjaan rumah. Pertama, dibutuhkan transformasi ekonomi untuk bisa mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.”

Baca Juga |  Presiden Sambut Baik Kerjasama Investasi INA Dengan Hutama Karya Dan Waskita Karya

Kedua, perlu effort untuk bisa mendapatkan benefit dari komoditas dengan meningkatkan nilai tambah dari komoditas mentah diolah menjadi produk turunan sehingga bernilai signifikan untuk diekspor.

Ketiga, Esther juga mengungkap tantangan bahwa industri di Indonesia hanya mengadopsi 6 % saja teknologi tinggi, dan 30 % teknologi menengah. Maka dari itu perlu dukungan anggaran R & D serta peningkatan skill pekerja industri.

Dr. Eisha M. Rachbini, Ekonom INDEF.Dr. Eisha M. Rachbini, Ekonom INDEF mengungkapkan pokok-pokok pikiran almarhumah Enny Sri Hartati yang perlu dijadikan bahan perbaikan perekonomian nasional diantaranya adalah daya saing produk dalam negeri yang  terus menurun dan tersisih oleh produk impor.

Hal lainnya adalah bagaimana meningkatkan produktifitas industri. Sementara terlihat PMI – Purchasing Managers Index Manufaktur Indonesia terus menurun dari 50.9 (2018) menjadi 49.7 (2019), dan 44,69 (2020). Untuk itu sangat diperlukan investasi yang memberikan nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja.

Baca Juga |  Setiap Jelang Ramadhan Harga Naik. Koq bisa?

“Diperlukan investasi terkait rantai pasok global dan kinerja perdagangan Indonesia. Global Competitiveness Index Indonesia terus turun dari semula diurutan ke-37 (2017),ke- 45 (2018) dan ke-50 pada 2019,” tukas Eisha M. Rachbini.

Siaran Pers : Arief H. Tito – Humas & Publikasi Universitas Paramadina (HP/ WA : 08159181188)

Follow WhatsApp Channel tvdesanews.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow
Berita ini 121 kali dibaca

Share :

Baca Juga

Siaran Pers

Panudi Desak Perluasan Akses LMS Pamong Desa untuk Tingkatkan Kapasitas Masyarakat Desa

Siaran Pers

RPDN Dukung Menteri Desa PDT Tindak Tegas Penjual Kuota Pendamping Desa

Siaran Pers

RPDN Chapter Pendamping Apresiasi Terobosan Kemendesa dalam Persiapan Pendamping Lokal Desa 2025

Siaran Pers

DXIC Gelar Jambore Camping ke-2: Aksi Tanam 1.000 Pohon di Kledung Park, Temanggung

Siaran Pers

PERMAMPU Perangi Kekerasan Seksual di Desa-Desa Sumatera

Siaran Pers

Dieng Culture Festival 2024 Kembali Hadir Penuh Kejutan

Siaran Pers

Meriah! TPP Banjarnegara Gelar Rakor Dan Peringati HUT RI 79 Di Alam Terbuka

Siaran Pers

Sekjen Taufik Targetkan Pendidikan Berkualitas tapi Murah di Maluku Utara