TVDesa – Boyolali : Tradisi memetri Tuk Babon, sebuah sumber mata air di lereng Gunung Merapi-Merbabu, kembali digelar meriah pada Rabu (21/8/2024). Ribuan warga dari empat desa di Kecamatan Selo, Boyolali, berkumpul untuk memperingati dan melestarikan sumber kehidupan mereka.
Acara yang sarat makna budaya ini diawali dengan kirab gunungan berisi hasil bumi. Rute kirab yang melintasi pedesaan menciptakan suasana khidmat dan meriah. Sesampainya di Tuk Babon, warga bersama-sama memanjatkan doa agar sumber mata air ini tetap lestari dan mencukupi kebutuhan masyarakat.
Memetri Tuk Babon bukan sekadar ritual tahunan, tetapi juga bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan pelestarian budaya. Kasno Samiaji, penjaga sumber mata air, menjelaskan bahwa tradisi ini telah berlangsung selama lebih dari seabad dan menjadi perekat persatuan masyarakat.
“Tuk Babon adalah anugerah yang tak ternilai bagi kami. Airnya jernih dan tidak pernah kering, bahkan saat musim kemarau,” ujar Kasno.
Menurut Kasno, ritual memetri memiliki makna filosofis yang mendalam. Selain sebagai bentuk syukur, tradisi ini juga berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya menjaga kelestarian alam. Warga percaya bahwa jika ritual ini tidak dilakukan, debit air Tuk Babon akan berkurang.
Dukungan Pemerintah
Pemerintah Kabupaten Boyolali turut memberikan dukungan terhadap pelestarian tradisi memetri Tuk Babon. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Boyolali, Supana, menyatakan bahwa tradisi ini merupakan bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya daerah.
“Kami berkomitmen untuk melestarikan tradisi-tradisi seperti ini. Tuk Babon bukan hanya sumber air, tetapi juga simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Boyolali,” kata Supana.
Tradisi memetri Tuk Babon mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. Dengan melestarikan sumber daya alam dan budaya leluhur, kita dapat memastikan keberlangsungan hidup generasi mendatang.
Redaksi TV Desa News adalah akun Team Redaksi di Kantor Pusat TV Desa News