TVDesa – Kutai Timur : Di tengah maraknya alih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit, Desa Miau Baru di Kecamatan Kongbeng, Kutai Timur, justru membuktikan bahwa konservasi hutan dan pembangunan ekonomi bisa berjalan beriringan. Desa ini berhasil mempertahankan sekitar 900 hektar hutan di kawasan Sungai Mejang, sebuah prestasi yang patut diacungi jempol.
“Penjagaan hutan memang sudah menjadi komitmen kami sejak lama,” ujar Waliyuddin Mario, Fasilitator Desa Miau Baru. “Kami menyadari pentingnya hutan bagi kelangsungan hidup masyarakat dan ekosistem.”
Inovasi untuk Konservasi
Untuk memastikan kelestarian hutan, Desa Miau Baru telah melakukan berbagai upaya, antara lain:
- Pembentukan Lembaga Pengelola Hutan: Desa telah membentuk lembaga khusus yang bertanggung jawab mengelola hutan desa.
- Penyusunan Peraturan Desa: Pemerintah desa tengah menyusun peraturan desa terkait wilayah dengan nilai konservasi tinggi untuk memberikan payung hukum bagi upaya konservasi.
- Rencana Pengelolaan dan Pemantauan: Desa telah menyusun rencana pengelolaan dan pemantauan hutan secara detail untuk memastikan keberlanjutannya.
Contoh bagi Desa Lain
Keberhasilan Desa Miau Baru dalam menjaga hutan di tengah tekanan alih fungsi lahan menjadikannya contoh yang baik bagi desa-desa lain. Desa ini membuktikan bahwa dengan komitmen dan perencanaan yang matang, konservasi hutan dapat dilakukan secara berkelanjutan.
Menjemput nasib, seperti yang diprediksikan Roland Barthes dalam bukunya, The Death of the Author (1968), yang meramalkan matinya sang pengarang. Memang, pengarang bisa menghadirkan diri lagi—meski “hanya” lewat dunia maya, yakni media sosial di Internet—namun jika itu ditahbiskan, maka praktik kebebasan atau keleluasaan pembaca dalam menafsirkan suatu karya akan pupus.