TVDesa – Kendal : Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, Desa Pidodo Kulon Kecamatan Patebon, berhasil menjaga tradisi leluhur yang sarat makna. Nyadran, sebuah ritual syukur atas hasil bumi, kembali digelar meriah pada 1 Agustus 2024. Acara tahunan ini bukan sekadar seremoni, tetapi juga menjadi momen bagi masyarakat untuk mempererat tali persaudaraan dan melestarikan budaya lokal.
Lebih dari Sekadar Ritual
Nyadran di Pidodo Kulon bukan sekadar ritual, tetapi juga perwujudan rasa syukur masyarakat atas karunia alam yang melimpah. Dengan membawa hasil bumi ke tengah laut dan menggelar doa bersama, warga berharap mendapat berkah dan perlindungan dari Sang Pencipta.
“Nyadran ini ibarat ungkapan terima kasih kita kepada alam,” ujar Suripto, salah seorang peserta Nyadran. “Kita berharap, dengan melakukan ritual ini, hasil bumi kita akan semakin melimpah di masa mendatang.”
Uniknya, Nyadran di Pidodo Kulon melibatkan seluruh lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Bahkan, mahasiswa KKN UIN Walisongo pun turut serta dalam kegiatan ini. Partisipasi aktif generasi muda menjadi bukti bahwa tradisi Nyadran masih relevan dan menarik bagi mereka.
Momen Kebersamaan yang Tak Terlupakan
Salah satu momen yang paling berkesan dalam Nyadran adalah saat warga berkumpul untuk makan bersama. Mereka menyantap berbagai hidangan tradisional sambil berbincang dan tertawa bersama. Momen ini semakin mempererat tali silaturahmi antarwarga.
“Nyadran ini bukan hanya ajang untuk berdoa, tapi juga ajang untuk bersosialisasi,” ujar [nama warga]. “Kami bisa bertemu dengan tetangga dan sanak saudara dalam suasana yang penuh keakraban.”
Meskipun Nyadran masih terus dilestarikan, tradisi ini juga menghadapi tantangan, seperti perubahan gaya hidup dan pengaruh budaya luar. Namun, dengan dukungan dari pemerintah desa dan antusiasme masyarakat, Nyadran diyakini akan tetap lestari di masa mendatang.
Team Admin TV Desa News – Jakarta