TV Desa – Bali : Pandemi Covid-19 ini sangat memukul sektor pariwisata dunia dan Bali yang nota bene pendapatan asli daerahnya 80% bersumber pada pariwisata, berbeda dengan sektor lain seperti pertanian yang hanya memberikan konribusi sekitar 14-15%. Dari penurunan tingkat kunjungan tersebut, Bali sangat merasakan keterpurukan ekonomi yang diakibatkan oleh Covid-19.
Sebelum pandemi covid-19, Di Bali kebanyakan orang cenderung menikmati dan terbuai akan zona nyaman yang diciptakan oleh Pariwisata. Dan kini walau wisatawan Internasional sudah dibuka kita tidak tahu kapan akan ramai dan normal kembali, yang punya pikiran tentang pariwisata seperti dulu pasti yang ada kekecewaan. Karena pada saat seseorang menikmati posisinya di dalam kotak yang ia anggap sudah sangat nyaman, ia tidak akan pernah bisa melihat adanya peluang di luar sana untuk menemukan suatu terobosan baru atau sebuah peningkatan atas level hidupnya.
Beda dengan Pelaku Pariwisata seperti Jero Bendesa Padang tegal Ubud, Wayan Sukadana Nusa Penida dan Kadek Kin Parnata dari Batur Utara Kintamani berpikir dan bertindak di luar kebiasaan, keluar dari zona nyaman, justru merasa lebih baik dari pada saat Pariwisata normal. ” Menjaga Alam dengan bertani buah premium, alam memberi fee back rasa lebih baik yang sebenarnya, “seloroh Bendesa Padang Tegal Ubud yang mengelola monkey forest Ubud.
Demikian juga Perbekel Desa Batur utara Wayan Tinggal melalui Bumdes sedang mengembangkan POPO, berkebun Porang dan alpukat seluas 40 hektar lebih, kalau mengandalkan APBDESA tidak mencukupi. Bertindak kesampingnya kolaborasi dengan pihak swasta, Investor lokal dan lembaga keuangan, tutur Ketua Bumdes Batur Utara ” Siap Mundur dari Direktur Bumdes kalau PAD Desa tidak melebihi PAD Kabupaten 2024″ Janjinya sebagai komitmen, motivasi diri dan desa.
Sumber : I Kadek Suardika ( TAPM Prov Bali )
I Made Adi Parmadi ( TAPM Prov Bali) – PIC Media Prov Bali