TV Desa – Kudus : Pemerintah Desa Menawan menggelar Pasar Minggu Wage (Sarguge), dikhususkan untuk Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) setempat.
“Pelaku Seni di Menawan juga kami rangkul untuk menyemarakkan Sarguge. Disini, yang menjual makanan dan buah-buahan khas seperti, nasi jagung, sup gedek, nasi jangkrik, gedang byar, hingga jambu citra,” papar Alif Mulyono, koordinator lapangan Sarguge, minggu (10/10/2021).
Dilansir dari MuriaNews, pasar yang digelar di kawasan Sendang Widodari itu, merupakan kolaborasi UMKM dengan budaya setempat. Berbagai jenis makanan hingga buah-buahan lokal disajikan dipasar tersebut. Mulai getuk, wedang rempah, nasi jagung, alpukat, hingga jambu citra. Beberapa seni pertunjukkan, nampak ditampilkan di lokasi tersebut, mulai melukis langsung, kegiatan seni, hingga rebana. Koordinator Lapangan Sarguge, Alif Mulyono mengatakan, ‘Sarguge’ digelar bertujuan untuk memberdayakan UMKM melalui unsur pariwisata dan budaya sekitar. Sehingga para pelaku UMKM bisa lebih mengembangkan produk-produk lokal yang dihasilkan.
“Sebelumnya sudah ada agenda tradisi rutinan di Sendang Widodari satu tahun sekali. Tapi biasanya setelah kegiatan selesai, ya sudah. Dan adanya ini kami harapkan tradisi, seni dan budaya desa menawan bisa tetap dilestarikan,” imbuh Alif Mulyono
Sementara Ketua TP PKK Kabupaten Kudus, Mawar Hartopo sangat mengapresiasi inovasi produk lokal yang tersaji di Sarguge. Pasalnya, Desa Menawan sendiri mempunyai segudang potensi unggulan lokal yang bisa digali dan terus dikembangkan.
“Harus dikembangkan terus dengan ide-ide kreatif dan inovasi yang bisa menarik wisatawan untuk datang dan otomatis juga akan meningkatkan perekonomian warga lokal,” ucap Mawar nya.
Menjemput nasib, seperti yang diprediksikan Roland Barthes dalam bukunya, The Death of the Author (1968), yang meramalkan matinya sang pengarang. Memang, pengarang bisa menghadirkan diri lagi—meski “hanya” lewat dunia maya, yakni media sosial di Internet—namun jika itu ditahbiskan, maka praktik kebebasan atau keleluasaan pembaca dalam menafsirkan suatu karya akan pupus.