TVDesa – Mandailing Natal : Desa Tabuyung, Kecamatan Muara Batang Gadis, Kabupaten Mandailing Natal, bersiap merayakan gelaran akbar turnamen sepak bola Karang Taruna Cup. Sebelum pertandingan dimulai pada 10 April 2024, masyarakat Tabuyung akan dimanjakan dengan pawai meriah yang akan digelar pada hari yang sama.
Pawai ini akan melibatkan ratusan peserta dari berbagai kalangan, mulai dari siswa sekolah sepak bola, pegiat olahraga, hingga atlet dari cabang olahraga lainnya. Dinal Sigalingging, Ketua Karang Taruna sekaligus Kaur Olahraga Desa Tabuyung, menjelaskan bahwa pawai ini bertujuan untuk menyemarakkan suasana sebelum pertandingan dimulai.
“Pawai ini akan menjadi pembuka yang meriah untuk turnamen sepak bola Karang Taruna Cup. Kami ingin melibatkan seluruh elemen masyarakat untuk ikut berpartisipasi,” ujar Dinal.
Rute pawai akan dimulai dari Kantor Balai Desa Tabuyung dan akan melintasi jalan-jalan utama di desa, seperti Jalan Pasar Lama dan Jalan Perumahan Tsunami. Seluruh klub sepak bola yang terdaftar dalam turnamen juga akan ikut serta dalam pawai dengan membawa bendera klub masing-masing.
“Kami berharap pawai ini tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga menjadi momen untuk mempererat tali persaudaraan dan semangat kebersamaan di tengah masyarakat,” tambah Dinal.
Ketua Karang Taruna Desa Tabuyung juga mengajak seluruh masyarakat untuk turut serta dalam pawai dan menyukseskan acara ini. “Mari kita jadikan pawai ini sebagai wujud kepedulian dan pesan damai bagi masyarakat luas. Melalui kesatuan dan kerukunan, mari kita sebarkan sukacita Paskah kepada semua,” ajaknya.
Acara pawai ini juga dihadiri oleh perwakilan pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Babinsa, serta seluruh peserta pawai. Kehadiran mereka semakin menambah semarak suasana pawai.
Menjemput nasib, seperti yang diprediksikan Roland Barthes dalam bukunya, The Death of the Author (1968), yang meramalkan matinya sang pengarang. Memang, pengarang bisa menghadirkan diri lagi—meski “hanya” lewat dunia maya, yakni media sosial di Internet—namun jika itu ditahbiskan, maka praktik kebebasan atau keleluasaan pembaca dalam menafsirkan suatu karya akan pupus.