Home / Profil

Rabu, 1 September 2021 - 13:46 WIB

Pejuang Ekonomi Kreatif di Masa Pandemi

Thomas St - Penulis

TV Desa – Jakarta : Dalam pandemi covid yang sudah berlangsung lebih dari 1 tahun, para wirausaha kecil sangat terpukul. Salah satu wirausaha kecil yang tinggal di desa Mendak kecamatan Delanggu terkena imbasnya. Sehari-hari Bu Nur Azizah, nama panggilannya, membuat produk baju sederhana. Meskipun sederhana, di rumah Bu Nur Azizah bisa merekrut 7 ibu-ibu tetangganya untuk membuat baju. Hasil produknya itu kemudian disetorkan ke pedagang di pasar Beringharjo Yogyakarta.

Usaha ini telah ditekuni sejak 15 tahun yang lalu. Sungguh luar biasa bahwa usaha ekonomi kreatif ini dilakukan tanpa perencanaan matang, bahkan modal ketrampilan juga tidak dimiliki sama sekali, juga tidak mampu menjahit sama sekali. Kondisi ini membuat Bu Nur Azizah terpaksa belajar menjahit secara otodidak.

Ide usaha muncul saat mengetahui batik lawasan ( semacam jarik ) itu laku di pasar. Dia pun tanpa modal mencari kain jarik ( batik lawasan ) dari para tetangga. Batik lawasan diambil dulu dan dibayar belakangan setelah disetor ke pedagang. Hal ini dijalankan dengan keliling dari kampung-kampung untuk mencari batik lawasan.

Baca Juga |  Pasutri Ini Resmi Sekantor sebagai Kades dan Sekdes

Dari menjual batik lawasan, keuntungan dikumpulkan sedikit demi sedikit. Tabungan yang tidak seberapa digunakan untuk membeli mesin jahit bekas. Juga, muncul ada gagasan untuk menciptakan nilai tambah dari sekedar menjual selembar batik lawasan menjadi produk yang baru, yaitu : membuat bed cover.

Usaha yang dirintis ini tumbuh dan makin berkembang. Demi menekan biaya produksinya, dia lebih memilih mempekerjakan tetangganya dengan sistem upah. Tetangganya bisa menjahit produknya di rumah masing-masing. Para pekerja ini diberi upah sesuai jumlah baju diselesaikan.

Sebagai sosok wirausaha, dia tak luput dari dampak covid. Usahanya berhenti total. Pasar-pasar yang menyerap produk bajunya menutup diri karena sepi pembeli. Pendapatannya pun turun ke titik nol. Tak ada pemasukan sama sekali. Bu Nur Azizah tidak mau menyerah kalah dengan kondisi ekonomi yang sulit ini. Dia pun banting stir membuat produk masker. Produknya yang berbahan kain batik ini disambut luas di pasaran. Dia lalu menerima kebanjiran pesanan produk masker dari berbagai kota.

Baca Juga |  Menelisik Sirup Mawar dari Lereng Argopuro

Pelaut sejati dilahirkan oleh ombak yang besar, bukan ombak yang tenang. Begitu juga, Bu Nur Azizah adalah sosok wirausaha yang tidak menyerah dengan kondisi ekonomi yang sulit. Dalam sesulit apa pun, pasti ada peluang ekobomi. Hanya persoalannya apakah mau berjuang memanfaatkan peluang atau mengeluh. Bu Nur Azizah adalah contoh nyata yang tidak menyerah.

 

Follow WhatsApp Channel tvdesanews.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow
Berita ini 99 kali dibaca

Share :

Baca Juga

Profil

Desa Pangek: Surga Durian di Bangka Barat

Profil

Mantan Rektor Jadi Ketua RT: Desa Mambak Miliki Pemimpin Inspiratif

Profil

Sosialisasi Perlindungan dan Pengelolaan Hutan Negara Perhutani BKPH Sumbermanjing

Profil

Andi Suhandi: Kepala Desa yang Tak Malu Kotor-Kotoran demi Desa

Profil

Miau Baru: Desa Hijau di Tengah Lautan Sawit

Profil

Desa Kurau Barat: Pelopor Blue Economy di Bangka Tengah

Profil

Hutan Jadi Emas: Desa Tambakasri Sukses Kelola Hutan Bersama Perhutani

Profil

Alek Gadang Pauh: Warisan Budaya Minang Bersinar Kembali