TV Desa – Badung : Nilai penting ketahanan pangan di masa depan bagi Pemerintah Desa Bongkasa, mulai diwujudkan dengan memberikan pelatihan bidang pertanian organik kepada generasi muda Desa Bongkasa.
“Untuk anak- anak peserta pelatihan diharapkan mampu menerapkan Ilmu wawasan yang di dapat dalam keseharian utamanya di lingkungan sendiri dan bisa ditularkan kepada generasi muda yang lain,” harap I Ketut Luki, Perbekel Desa Bongkasa, saat menutup rangkaian pelatihan, Jumat, (8/10/2021).
Dalam pelatihan pertanian organik mulai tanggal 30 Juli 2021 sampai dengan 18 September 2021, setiap hari Jumat dan Sabtu, dengan jumlah pertemuan sebanyak 15 kali, beberapa materi yang diberikan kepada peserta, antara lain pembuatan pupuk kompos, pembuatan pestisida organik, teknologi budidaya cabai, inovasi teknologi budidaya padi, tabulampot organik penyangga kebutuhan pangan keluarga, dan lainnya.
“Pelatihan ini dibantu Narasumber Tamu Manca Negara dari Negara Belanda dan Australia, yang bernama Jye Dawes dan Sovereign yang membantu memberikan sumbangsih Ilmu, wawasan dan pengalaman kepada anak- anak kami sehingga dapat bermanfaat dalam lingkungan keluarga dan tempat bekerja'” papar I Ketut Luki.
Pelatihan ini dilaksanakan yang bertempat di dua tempat yaitu di Natural Growing Network dan di lokasi pelatihan PPL Desa Bongkasa di Desa Selat. Perbekel Desa Bongkasa I Ketut Luki, juga menyampaikan, bahwa pelatihan tanaman organik diikuti 50 orang peserta terdiri dari perwakilan masing- masing banjar sebanyak 5 orang dari 10 Banjar yang ada di Desa Bongkasa.
Sementara itu Perwakilan Kadis Pertanian Provinsi Bali I Wayan Suarta, memberikan apresiasi kepada Perbekel Desa Bongkasa beserta jajaran telah mampu melaksanakan program pelatihan pertanian organik di masa pandemi.
“Anak-anak muda jangan ragu jadi pengusaha di bidang pertanian, pisahkan kalau berpikir jadi petani itu hanya menyabit, dan mencangkul. Tapi jadikanlah pertanian itu yang lebih baik,” harap I Wayan Suarta.
Pelatihan Pertanian Organik yang dilaksanakan oleh Pemerintahan Desa Bongkasa, resmi ditutup dengan pemberian sertifikat pelatihan dari ECO-Holistic Permaculture Academy dan berbagai tanaman organik kepada para peserta.
Menjemput nasib, seperti yang diprediksikan Roland Barthes dalam bukunya, The Death of the Author (1968), yang meramalkan matinya sang pengarang. Memang, pengarang bisa menghadirkan diri lagi—meski “hanya” lewat dunia maya, yakni media sosial di Internet—namun jika itu ditahbiskan, maka praktik kebebasan atau keleluasaan pembaca dalam menafsirkan suatu karya akan pupus.