TVDesa – Malang : Stunting, kondisi kekurangan gizi kronis yang menghambat perkembangan fisik dan kognitif, masih menjadi masalah yang mendesak di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia. Meskipun kampanye pendidikan kesehatan tradisional telah dilaksanakan, pendekatan yang lebih menarik dan efektif diperlukan untuk mengatasi masalah yang kompleks ini. Di desa Petungsewu, Kecamtan Dau, Kabupaten Malang, sebuah metode unik yang menggabungkan pendidikan dan permainan telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam meningkatkan kesadaran dan mempromosikan tindakan pencegahan terhadap stunting.
Pendekatan Demonstrasi Emosional (Emo-Demo)
Emo-Demo adalah strategi pendidikan inovatif yang memanfaatkan hubungan emosional untuk meningkatkan pembelajaran. Dengan menggabungkan kegiatan yang menyenangkan dan interaktif, seperti permainan, ke dalam program pendidikan kesehatan, Emo-Demo bertujuan untuk membuat konsep kesehatan yang kompleks menjadi lebih mudah diakses dan diingat oleh peserta.
Di Petungsewu, petugas kesehatan telah berhasil mengadaptasi Emo-Demo untuk mengatasi masalah stunting. Melalui serangkaian permainan interaktif, para perempuan setempat diberdayakan dengan pengetahuan tentang penyebab dan konsekuensi stunting, serta strategi praktis untuk mencegahnya.
Permainan dengan Tujuan
Permainan yang digunakan dalam program Emo-Demo dirancang untuk menghibur dan informatif. Misalnya, “Junk Food Game” membantu peserta memahami dampak negatif dari jajanan yang tidak sehat terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan merepresentasikan secara visual nilai gizi dari berbagai jenis makanan, permainan ini mendorong para ibu untuk membuat pilihan makanan yang lebih sehat untuk anak-anak mereka.
Permainan populer lainnya, “Membangun Masa Depan yang Cerah”, melibatkan peserta untuk membangun menara dari balok-balok, yang melambangkan pentingnya membangun fondasi yang kuat untuk kesehatan anak-anak. Permainan ini membantu para ibu menyadari bahwa tindakan mereka hari ini dapat secara signifikan memengaruhi masa depan anak-anak mereka.
Hasil Positif
Pelaksanaan Emo-Demo di Petungsewu telah membuahkan hasil yang menggembirakan. Para peserta melaporkan adanya peningkatan pengetahuan tentang stunting, peningkatan sikap terhadap pola makan sehat dan praktik pengasuhan anak, serta rasa kebersamaan yang lebih kuat. Selain itu, program ini telah menumbuhkan lingkungan yang mendukung di mana para ibu merasa diberdayakan untuk membuat perubahan positif dalam kehidupan keluarga mereka.
Keberhasilan program Emo-Demo di Petungsewu menyoroti potensi penggunaan pembelajaran berbasis permainan untuk mengatasi tantangan kesehatan yang kompleks di masyarakat pedesaan. Dengan membuat pendidikan kesehatan menjadi lebih menarik dan menyenangkan, pendekatan ini dapat membantu meruntuhkan hambatan dan mendorong perubahan perilaku yang berkelanjutan. Seiring dengan upaya Indonesia untuk mencapai tujuan memberantas stunting, program-program inovatif seperti Emo-Demo menawarkan jalan yang menjanjikan.
Menjemput nasib, seperti yang diprediksikan Roland Barthes dalam bukunya, The Death of the Author (1968), yang meramalkan matinya sang pengarang. Memang, pengarang bisa menghadirkan diri lagi—meski “hanya” lewat dunia maya, yakni media sosial di Internet—namun jika itu ditahbiskan, maka praktik kebebasan atau keleluasaan pembaca dalam menafsirkan suatu karya akan pupus.