Home / Profil

Selasa, 17 September 2024 - 23:38 WIB

Pembelajaran Berbasis Permainan: Cara Menyenangkan Perangi Stunting di Desa Petungsewu

#Dian Purnama Putra - Penulis

TVDesa – Malang : Stunting, kondisi kekurangan gizi kronis yang menghambat perkembangan fisik dan kognitif, masih menjadi masalah yang mendesak di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia. Meskipun kampanye pendidikan kesehatan tradisional telah dilaksanakan, pendekatan yang lebih menarik dan efektif diperlukan untuk mengatasi masalah yang kompleks ini. Di desa Petungsewu, Kecamtan Dau, Kabupaten Malang, sebuah metode unik yang menggabungkan pendidikan dan permainan telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam meningkatkan kesadaran dan mempromosikan tindakan pencegahan terhadap stunting.

Pendekatan Demonstrasi Emosional (Emo-Demo)

Emo-Demo adalah strategi pendidikan inovatif yang memanfaatkan hubungan emosional untuk meningkatkan pembelajaran. Dengan menggabungkan kegiatan yang menyenangkan dan interaktif, seperti permainan, ke dalam program pendidikan kesehatan, Emo-Demo bertujuan untuk membuat konsep kesehatan yang kompleks menjadi lebih mudah diakses dan diingat oleh peserta.

Di Petungsewu, petugas kesehatan telah berhasil mengadaptasi Emo-Demo untuk mengatasi masalah stunting. Melalui serangkaian permainan interaktif, para perempuan setempat diberdayakan dengan pengetahuan tentang penyebab dan konsekuensi stunting, serta strategi praktis untuk mencegahnya.

Baca Juga |  Sumedang Luncurkan Zona Integritas Desa, Dorong Pelayanan Publik yang Lebih Baik
Permainan dengan Tujuan

Permainan yang digunakan dalam program Emo-Demo dirancang untuk menghibur dan informatif. Misalnya, “Junk Food Game” membantu peserta memahami dampak negatif dari jajanan yang tidak sehat terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan merepresentasikan secara visual nilai gizi dari berbagai jenis makanan, permainan ini mendorong para ibu untuk membuat pilihan makanan yang lebih sehat untuk anak-anak mereka.

Permainan populer lainnya, “Membangun Masa Depan yang Cerah”, melibatkan peserta untuk membangun menara dari balok-balok, yang melambangkan pentingnya membangun fondasi yang kuat untuk kesehatan anak-anak. Permainan ini membantu para ibu menyadari bahwa tindakan mereka hari ini dapat secara signifikan memengaruhi masa depan anak-anak mereka.

Hasil Positif

Pelaksanaan Emo-Demo di Petungsewu telah membuahkan hasil yang menggembirakan. Para peserta melaporkan adanya peningkatan pengetahuan tentang stunting, peningkatan sikap terhadap pola makan sehat dan praktik pengasuhan anak, serta rasa kebersamaan yang lebih kuat. Selain itu, program ini telah menumbuhkan lingkungan yang mendukung di mana para ibu merasa diberdayakan untuk membuat perubahan positif dalam kehidupan keluarga mereka.

Baca Juga |  Desa Kerekeh, Kurangi Tanam Jagung Dengan Tanam Pohon Kemiri

Keberhasilan program Emo-Demo di Petungsewu menyoroti potensi penggunaan pembelajaran berbasis permainan untuk mengatasi tantangan kesehatan yang kompleks di masyarakat pedesaan. Dengan membuat pendidikan kesehatan menjadi lebih menarik dan menyenangkan, pendekatan ini dapat membantu meruntuhkan hambatan dan mendorong perubahan perilaku yang berkelanjutan. Seiring dengan upaya Indonesia untuk mencapai tujuan memberantas stunting, program-program inovatif seperti Emo-Demo menawarkan jalan yang menjanjikan.

Follow WhatsApp Channel tvdesanews.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow
Berita ini 4 kali dibaca

Share :

Baca Juga

Profil

Petani Tembakau Jember Sukses: Solihin, dari Ladang ke Kursi Kades

Profil

Dari Sepeda Tua ke Rumah Impian: Kisah Inspiratif Penderes Kelapa

Profil

Desa Mejing, Surga Tahu Tempe dengan Regenerasi yang Kuat

Profil

Pemuda Desa Sumber Garunggung Sukses Jadi Petani Modern, Buktikan Bertani Bisa Menguntungkan

Profil

Dari Dapur ke Winery: Ibu-ibu Desa Wiau Bikin Wine Homemade yang Mengagumkan!

Profil

Wine Buatan Desa Wiau: Rasa Lokal, Kualitas Global, Bisnis Menjanjikan

Profil

Desa Tepian Makmur: Menuju Desa Pintar di Hati Kalimantan

Profil

Desa Lumpias Berusia 200 Tahun: Tantangan dan Harapan di Tengah Perkembangan