TVDesa – Pati : Pemerintah Desa Kedalon, Kecamatan Batangan, kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap warga. Kali ini, perhatian mereka tertuju pada seorang lansia bernama Mbah Ngasni (80). Atas inisiatif Kepala Desa Hartatik, Mbah Ngasni yang hidup sebatang kara dan menderita stroke telah dipindahkan ke Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia (RPSLU) Margo Mukti di Rembang.
“Keputusan untuk memindahkan Mbah Ngasni ke panti jompo ini diambil setelah melalui musyawarah bersama perangkat desa dan masyarakat,” ujar Kepala Desa Hartatik. “Kami ingin memberikan yang terbaik bagi Mbah Ngasni di masa tuanya.”
Mbah Ngasni yang tinggal di Dukuh Klumpit, Desa Kedalon, selama ini hidup dalam kondisi memprihatinkan. Tanpa anak dan ditinggal suami, ia menggantungkan hidup pada belas kasihan tetangga. Harta bendanya pun telah habis terjual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Kondisi Mbah Ngasni yang semakin memprihatinkan membuat kami tergerak untuk mencari solusi terbaik,” tambah Hartatik. “Panti jompo dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk memberikan perawatan yang lebih baik bagi beliau.”
Kolaborasi Pemdes dan Masyarakat
Langkah yang diambil Pemdes Kedalon ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk Anggota DPR RI asal Desa Kedalon, Firman Soebagyo. Firman berharap, kasus Mbah Ngasni dapat menjadi pelajaran bagi desa-desa lain.
“Saya mengapresiasi upaya Pemdes Kedalon dalam membantu Mbah Ngasni,” kata Firman. “Semoga kasus ini dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk lebih peduli terhadap lansia yang membutuhkan.”
Menjemput nasib, seperti yang diprediksikan Roland Barthes dalam bukunya, The Death of the Author (1968), yang meramalkan matinya sang pengarang. Memang, pengarang bisa menghadirkan diri lagi—meski “hanya” lewat dunia maya, yakni media sosial di Internet—namun jika itu ditahbiskan, maka praktik kebebasan atau keleluasaan pembaca dalam menafsirkan suatu karya akan pupus.