TV Desa – Sinjai : Ajakan kepada masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam tanaman produktif yang bermanfaat bagi keluarga, dilakukan team penggerak PKK Kabupaten Sinjai, ke Desa Gantarang Kecamatan Sinjai Tengah, Rabu (29/9/2021).
“Desa Gantarang ini berada di daerah pegunungan dan sepanjang jalan tadi saya melihat pekarangan di rumah-rumah masyarakat berbagai jenis tanaman dan saya kira ini sudah cukup bagus dan kader PKK harus hadir disitu untuk melakukan pembinaan, ” ungkap Hj. A. Nurhilda Daramata Seto, Ketua TP. PKK Sinjai.
Bertempat di Sekretariat PKK Desa Gantarang, pembinaan program pemanfaatan pekarangan rumah yang dipimpin langsung oleh Ketua TP. PKK Sinjai Hj. A. Nurhilda Daramata Seto, berlangsung dalam suasana serius santai.
Dalam arahannya, Andi Nurhilda menyampaikan kepada seluruh kader PKK untuk mengajak masyarakat memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam tanaman produktif yang bermanfaat bagi keluarga. Menurutnya, kader PKK harus punya kreasi dan inovasi dalam mendorong masyarakat agar mau memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam tanaman produktif.
“Saya senang dengan situasi disini, data-data adminiatrasi tercatat bagus, itu artinya kader PKK disini bekerja dengan aktif. Mudah-mudahan semangat dan kreatifitas ini tetap terjaga khususnya dalam membantu Pemerintah deaa dalam nelayani warga di Gantarang ini, ” puji Andi Nurhilda.
Terakhir, Istri Bupati Sinjai Andi Seto Asapa (ASA) ini berharap kader PKK untuk gencar menyukseskan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 dan penerapan protokol kesehatan sehingga pandemi segera berakhir.
Dalam kunjungan yang didampingi Kepala Dinas Sosial Sinjai A. Muh. Idnan, Kepala DP3AP2KB A. Tenri Rawe dan Kepala BPBD Budiaman, Ketua TP. PKK Sinjai juga menyerahkan bantuan paket sembako kepada masyarakat kurang mampu serta mengunjungi obyek wisata Batu Tallasang di dusun Bontolaisa desa Gantarang.
Menjemput nasib, seperti yang diprediksikan Roland Barthes dalam bukunya, The Death of the Author (1968), yang meramalkan matinya sang pengarang. Memang, pengarang bisa menghadirkan diri lagi—meski “hanya” lewat dunia maya, yakni media sosial di Internet—namun jika itu ditahbiskan, maka praktik kebebasan atau keleluasaan pembaca dalam menafsirkan suatu karya akan pupus.