TV Desa – Bone : Dengan berbagai keunggulannya, Desa Sadar di Sulawesi Selatan bisa menjadi pilihan tepat untuk berinvestasi. Mulai dari sensasi keindahahan alam, ragam potensi, akses jalan hingga harga tanah yang cukup miring. Tertarik ?
Sebagai informasi awal, siapapun yang pernah berkunjung ke Desa Sadar Kecamatan Tellu Limpoe pasti berdecak kagum. Panorama alam di desa ini benar-benar memikat hati.
Paduan deretan pegunungan, pepohonan hijau sejauh mata memandang, serta hamparan persawahan bertingkat-tingkat nun jauh di lembah, membuat wilayah Desa Sadar bak hamparan permadani. Indah dipandang mata.
Di bagian utara desa, Gunung Bulu Dua yang begitu legendaris di kalangan penduduk Kabupaten Soppeng dan sekitarnya, berdiri megah nan eksotis. Sesekali gunung yang hampir seluruh sisinya berupa batu karang itu, terlihat samar di balik arakan awan putih.
Berada di ketinggian 600 s.d 1.200 meter di atas permukaan laut (dpl), desa seluas 42.000 meter persegi ini juga layak menyandang predikat “Negeri di Atas Awan.” Hampir sepanjang waktu, awan menyelimuti Desa Sadar yang terletak di segitiga emas Kabupaten Bone, Soppeng dan Barru.
Gemercik air dari sela-sela bebatuan, kicauan burung yang timbul tenggelam di antara desau suara angin, membuat suasana desa terasa begitu damai. Inilah musik relaksasi dari alam yang terjaga dengan baik.
Aktifitas warga bercocok tanam secara bergerombol, dan senyum polos anak-anak desa, menambah daya magic alam Desa Sadar. Dan, “kesemua itu dapat dinikmati secara gratis,” ujar Kepala Desa Sadar, Andi Sudi Alam, SH.
Kepuasan berkunjung ke Desa Sadar semakin lengkap tatkala menyaksikan indahnya sunset dan sunrise. Belum lagi lokasi spot-spot foto, dijamin sangat instagramable.
Soal penginapan, tidak usah ragu. Rumah kepala desa sudah ditata menjadi home stay. Sedikitnya ada tujuh kamar tersedia dengan tarif Rp. 500 ribu per malam. Net makan malam, santap siang dan sarapan pagi plus snack.
“Disini tersedia kuliner tradisional dengan cita rasa pedesaan seperti dange, rober (roti beras), apang, gogos dan lain-lain. Ada juga lalapan pakis yang langsung dipetik dari alam. Ikan bakar jenis Nila dan Mas, mau rasa bumbu Bali atau rica-rica juga ada. Tinggal pilih, ” jelas Andi Sudi Alam dengan nada promosi.
Satu lagi bahan pertimbangan, Desa Sadar juga sudah terkoneksi dengan Lappa Laona Highland. Sebuah obyek wisata dataran tinggi di Kabupaten Barru yang sudah terkenal di kalangan “pesohor” di Sulawesi Selatan. “Hanya berjarak tempuh sekitar 15 menit dari sini,” ujarnya singkat.
Berbincang dengan Kades Andi Sudi Alam yang kerap disapa Pung Sudi, sembari menikmati secangkir kopi di teras belakang rumahnya, membuat suasana pagi itu terasa makin ceriah.
Lelaki kelahiran Langkemme 60 tahun silam ini bercerita panjang lebar tentang kekayaan sumber daya alam di desanya. Juga mengenai upayanya “merayu” investor untuk menanam modal di Desa Sadar. Maklum penggunaan Dana Desa di tempat ini masih berfokus pada pembangunan infrastruktur jalan.
“Yang paling potensial di sini adalah pengembangan desa wisata berbasis agrowisata dan adventure (petualangan-red),” jelasnya kepada Hardi, Mobile Journalism TV Desa News yang berkunjung ke Desa Sadar awal Juni lalu. Andi Sudi Alam merupakan generasi ketiga dalam silsilah keluarganya yang memerintah Desa Sadar sejak lebih dari setengah abad silam.
Bersuhu rata rata 22 derajat celcius, cuaca dan kondisi tanah di Desa Sadar sangat cocok dengan berbagai komoditi pertanian dan perkebunan. Baik tanaman sayur-sayuran maupun buah-buahan.
Diantaranya, bawang merah, labu siam, jahe, cengkeh, porang, alfukat, buah naga hingga markisa. Bahkan menurut Kades Andi Sudi Alam, saat ini sudah dilakukan penanaman kopi arabica seluas tiga hektar dan durian jenis Musang King seluas dua hektar.
“Beberapa guru besar dari Unhas juga sudah melakukan penelitian di sini. Mereka mengujicoba pengembangan kayu gaharu dan penangkaran lebah,” tambah Andi Sudi Alam tanpa merinci hasil ujicoba dimaksud.
Potensi lain berupa sumber daya air. Di desa ini, terdapat sedikitnya 10 sumber mata air besar. Selama ini, air yang mengalir hampir di seluruh penjuru desa, hanya dimanfaatkan untuk air bersih, perikanan dan irigasi. Sisanya terbuang percuma.
Belum lagi hutan pinus seluas kurang lebih 2.500 hektar. Masyarakat setempat menyadap getah pinus untuk dijual ke pengepul. Mereka juga memproduksi gula merah dari pohon aren serta madu dari alam liar.
Memaksimalkan potensi sumber daya alam tersebut, ayah dua orang anak ini mengaku, sudah membangun komunikasi bisnis dengan berbagai pihak. Diantaranya, pemilik PT. Alfatih Porang Indonesia Sidrap, serta Jonathan Khaedar, seorang pengusaha perhotelan dan real estate di Pulau Bali.
“Saya sudah ketemu dan berbicara dengan Pak Jonathan. Beliau sangat tertarik mengembangkan industri air kemasan di sini,” jelas Andi Sudi Alam. Salah seorang putra daerah setempat, Andi Supratman, juga sudah membangun gedung pertemuan modern untuk memancing investor.
Soal lokasi usaha, harga tanah di Desa Sadar terbilang sangat murah. Hanya sekitar Rp. 15.000 per meter. Khusus, pengembangan wisata, tersedia lahan pengembangan seluas kurang lebih 150 hektar di luar wilayah kawasan hutan. Jadi, tunggu apa lagi !
Penggiat Desa dan Kampung Iklim di Bone Sulawesi Selatan
” Jangan Wariskan Air Mata Kepada Anak Cucu Kita tetapi Wariskan lah Mata Air “