TV Desa – Tangerang : Pembangunan infrastuktur jalan desa menjadi prioritas H.M Lukmanul Hakim, sejak dipercaya menjadi kepala desa oleh masyarakat Desa Bunar, Kecamatan Sukamulya, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.
“Kepercayaan masyarakat harus dimanfaatkan sebaik mungkin, karena untuk membangun desa tidak semudah yang dipikirkan sebelumnya,” kata H.M. Lukmanul Hakim, Kepala Desa Bunar, Kecamatan Sukamulya.
Lukmanul hakim bertekad bahwasanya pembangunan di desa yang telah dipimpinnya, harus mendapat prioritas penuh sehingga mampu menyentuh seluruh masyarakat desa yang dipimpinnya.
“Sekarang ini kita fokus untuk melakukan pembangunan infrastuktur jalan desa. Pembangunan ini demi memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat Desa Bunar, Kecamatan Sukamulya,” papar Lukmanul hakim, saat meninjau lokasi pembangunan jalan paving blok, kamis (28/10/2021).
Peningkatan mutu jalan sehingga layak sebagai sarana yang lebih nyaman bagi warga desa Bunar, merupakan kegiatan pembangunan yang sedang dilakukan. Terutama karena memasuki musim penghujan, penguatan jalan desa dengan paving blok, terus dikebut, sehingga walaupun nanti sudah masuk musim hujan, jalan tetap bisa dilalui masyarakat dengan nyaman.
Lukman juga menyebut, bahwa dukungan dan kerja keras bersama warga, menciptakan rasa persatuan antar warga desa bunar, untuk membangun desa. Hal tersebut, dapat dibuktikan dengan apa yang telah diberikan oleh pemerintah melalui anggaran dana desa dan alokasi dana desa, pembangunan bisa berlangsung dengan baik.
“Desa Bunar, Kecamatan Sukamulya kondisi pembangunannya terus berkembang. Diharapkan desa-desa lain di Kecamatan Sukamulya, agar berlomba-lomba untuk memanfaatkan anggaran yang telah dikucurkan oleh pemerintah untuk membangun desa,” harap Lukmanul hakim.
Upaya untuk membangun desa, memang luar biasa gelianya. Lukman juga mengatakan bahwa berbagai bangunan infrastruktur jalan akan terus digenjot dan diajukan nanti kedepannya, dan akan menjadi prioritas utama untuk pembangunan jalan.
Menjemput nasib, seperti yang diprediksikan Roland Barthes dalam bukunya, The Death of the Author (1968), yang meramalkan matinya sang pengarang. Memang, pengarang bisa menghadirkan diri lagi—meski “hanya” lewat dunia maya, yakni media sosial di Internet—namun jika itu ditahbiskan, maka praktik kebebasan atau keleluasaan pembaca dalam menafsirkan suatu karya akan pupus.