TVDesa – Bekasi : Peresmian Sekolah Sungai di Kampung Muara Gembong, Desa Pantai Sederhana, Kabupaten Bekasi, disambut antusias oleh warga setempat. Sekolah yang digagas Rumah Quran Mahasiswa ini diharapkan menjadi titik balik bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat pantai.
Suparto, Ketua RW 05 Desa Pantai Sederhana sekaligus pewakaf tanah untuk Sekolah Sungai, mengungkapkan harapannya agar sekolah ini menjadi penggerak bagi perubahan di Muara Gembong. “Mudah-mudahan, dengan berdirinya Sekolah Sungai ini, harapan masyarakat, khususnya warga Muara Gembong, dapat terkabul,” ujarnya, (18/1/2022).
Implikasi yang Lebih Luas
Keberadaan Sekolah Sungai memiliki implikasi yang lebih luas bagi masyarakat Muara Gembong, di antaranya:
- Peningkatan Kualitas Pendidikan: Sekolah ini diharapkan mampu meningkatkan akses dan kualitas pendidikan bagi anak-anak di wilayah pesisir yang seringkali terkendala oleh keterbatasan infrastruktur.
- Pemberdayaan Masyarakat: Melalui berbagai program pendidikan, Sekolah Sungai dapat memberdayakan masyarakat untuk mengembangkan potensi diri dan meningkatkan taraf hidup.
- Pelestarian Lingkungan: Pendidikan lingkungan yang terintegrasi dalam kurikulum sekolah dapat menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian ekosistem pesisir.
- Pengembangan Ekonomi Lokal: Sekolah Sungai dapat menjadi pusat kegiatan masyarakat yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, misalnya melalui pengembangan usaha kecil dan menengah berbasis potensi sumber daya alam setempat.
Dukungan Pemerintah dan Swasta
Pemerintah Kabupaten Bekasi melalui Dinas Pendidikan memberikan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan Sekolah Sungai. Kepala Dinas Pendidikan Bekasi, H Carwinda, menyatakan bahwa pihaknya akan terus memantau perkembangan sekolah ini dan memberikan bantuan yang diperlukan, baik dalam bentuk pendanaan maupun pengembangan kurikulum.
Selain pemerintah, sejumlah perusahaan swasta seperti PT Migas Hulu Jabar ONWJ juga turut berpartisipasi dalam pembangunan Sekolah Sungai. Kemitraan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat ini menjadi contoh nyata dari sinergi yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Menjemput nasib, seperti yang diprediksikan Roland Barthes dalam bukunya, The Death of the Author (1968), yang meramalkan matinya sang pengarang. Memang, pengarang bisa menghadirkan diri lagi—meski “hanya” lewat dunia maya, yakni media sosial di Internet—namun jika itu ditahbiskan, maka praktik kebebasan atau keleluasaan pembaca dalam menafsirkan suatu karya akan pupus.