TV Desa – TUNTANG : “Hari ini Indonesia dihadapkan pada berbagai krisis multi dimensi, salah satunya adalah krisis petani muda, dimana tidak terjadi regenerasi atau pergantian generasi petani tua kepada generasi petani muda, imbuh Budi Prasetyawan” (salah satu pendamping Desa). Hal ini dapat mengancam pertanian Indonesia dimasa yang akan datang, dimana kebutuhan pangan akan semakin meningkat, sementara tidak ada petani yang menanam atau bertani.Negara akan semakin bergantung pada pangan impor dengan harga yang semakin tidak terjangkau oleh masyarakat kebanyakan. Hal ini perlu diantisipasi bersama oleh segenap anak bangsa yang memiliki kepeduliaan terhadap pangan negeri kita yang jumlah penduduknya mencapai 270 juta jiwa.
Generasi muda sebagai tombak terdepan harus mengambil peran dalam mengatasi krisis petani muda ini. Banyak hal yang dapat kita perbuat dan lakukan untuk mencari solusi atas permasalahan ini.Hal pertama yang harus kita lakukan adalah bersatu padu menyamakan gerak langkah kita dalam membangun pertanian Indonesia dan sekaligus mendorong generasi muda untuk mau terjun kedunia pertanian.
Sudah terbukti dari zaman ke zaman, segala sesuatu hambatan dapat diatasi hanya dengan bermodalkan persatuan dan kesatuan bangsa. Salah satu contoh nyatanya adalah bagaimana bangsa kita bisa merdeka dari penjajahan ratusan tahun bermodalkan persatuan dan kesatuan bangsa.Dibutuhkan tekad dan semangat untuk membangun komunitas petani muda bukan hanya diangan angan semata namun dengan melakukan tindakan tindakan sederhana terlebih dahulu. Mulai dari 2 orang dalam membangun silaturarahim dan komunikasi serta diskusi. Lalu jadi belasan orang dan terus tumbuh menjadi komunitas berisi puluhan hingga ratusan atau bahkan ribuan orang.
Kekuatan yang hanya dimulai dari 2 orang akan berbeda dengan kekuatan belasan, puluhan atau bahkan ratusan orang. Semakin banyak yang bersatu, maka akan semakin kuat barisan. Dianalogikan seperti lidi yang memiliki kekuatan dalam membersihkan kotoran karena berkumpulnya ratusan lidi.
Ini adalah tindakan sederhana dengan memaksimalkan potensi yang ada di sekitar kita, maka Sekolah Tani GRPG Jateng membuka unit usaha telur asin.
Kegiatan tersebut merupakan suatu bentuk kepedulian terhadap situasi dan kondisi yang dirasa semakin sulit oleh masyarakat. Bahan baku telur bebek dibeli dari masyarakat peternak bebek di desa sekitar Rawa Pening, harapannya bisa membantu peternak bebek yang terdampak pandemi.
Unit usaha telur asin mulai dirintis tanggal 20 Oktober 2021,dengan jumlah anggota 15 orang. Bahan baku untuk membuat telur asin adalah telur bebek segar (baru), garam, bumbu rempah, dan bubuk batu bata.Produksi awal membuat 500 butir telur, dan produksi akan dilaksanakan setiap Minggu agar sirkulasi produksi tetap terjaga.
Semoga unit usaha kelompok telur asin dari Sekolah Tani GRPG Jateng bisa menjadi solusi bagi permasalahan ekonomi masyarakat.
“Usaha yang sudah kami kembangkan saat ini adalah pembuatan POC d’REAL GROW pertumbuhan dan pembuahan juga denplot tanaman anggur,” Budi Prasetyawan menambahkan.
Nobody Perfect
and I am Nobody