TV Desa – Flores : Setelah cukup lama menanti, akhirnya warga Desa Kalelu dan Titehena, Kecamatan Solor Barat, Kabupaten Flores Timur, NTT, mendapatkan pelayanan vaksinasi Covid-19, Rabu, (3/10/ 2021).
“Hari ini merupakan vaksinasi pertama untuk masyarakat kedua desa ini, dan untuk kali keduanya bagi yang menerima vaksin jenis Sinovac akan menerimanya kembali pada tanggal 1 Desember 2021, sedangkan untuk jenis Aztrazaneca akan menerima kembali pada tanggal 26 Januari 2022,” tukas Darius Sabon Ama, Kepala Puskesmas Ritaebang.
Bertempat di Aula Desa Kalelu, antusiasme warga untuk mendapatkan pelayanan vaksinasi ini sangat tinggi. Pelayanan vaksinasi Covid-19 ini dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Flores Timur, melalui para tenaga kesehatan (Nakes) Puskesmas Ritaebang. Pengelola Program Imunisasi, Nikolaus Aikoli Sogen, merincikan jumlah dosis dan jenis vaksin yang diberikan kepada masyarakat kedua desa tersebut.
“Jumlah dosis dan jenis vaksin hari yang siap diberikan kepada masyarakat adalah 238 dosis yang mana terdiri dari 62 dosis jenis Aztrazaneca dan 176 dosis Sinovac,” jelas Nikolaus Sogen.
Lebih lanjut dikatakannya, pemberian vaksin ini adalah yang pertama di mana untuk kali keduanya akan terjadi pada tanggal 1 Desember 2021 dan 26 Januari 2022.
Perlu diketahui bahwa pemberian vaksinasi ini bukan saja kepada masyarakat usia dewasa namun diberikan juga kepada anak sekolah yang sudah memenuhi persyaratan penerimaan vaksin.
Pantauan awak media, pelayanan vaksinasi yang dilakukan oleh Nakes Puskesmas Ritaebang ini dimulai dari pukul 08.00 hingga 15.30 WITA.
Sebelumnya, sebanyak 70 orang terkategori pelayan publik di Kelurahan Ritaebang, Kecamatan Solor Barat, Kabupaten Flores Timur, sudah mendapatkan vaksinasi jenis Sinovac dosis pertama yang diberikan oleh Puskesmas Ritaebang, Sabtu, (28/082021). Pemberian vaksin jenis Sinovac dosis pertama ini sejumlah 35 vial diberikan kepada pelayan publik di Kelurahan Ritaebang ini melibatkan beberapa instansi, seperti para pegawai di Kantor Camat Solor Barat, Kantor Lurah Ritaebang, guru-guru dari SMP Negeri 3 Solor Barat, SD Inpres Ritaebang, dan TKK Negeri 1 Solor Barat.
Menjemput nasib, seperti yang diprediksikan Roland Barthes dalam bukunya, The Death of the Author (1968), yang meramalkan matinya sang pengarang. Memang, pengarang bisa menghadirkan diri lagi—meski “hanya” lewat dunia maya, yakni media sosial di Internet—namun jika itu ditahbiskan, maka praktik kebebasan atau keleluasaan pembaca dalam menafsirkan suatu karya akan pupus.