TVDesa – Malang : Zabel Awalia, mahasiswi Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, berhasil mengharumkan nama Kabupaten Malang di ajang Puteri Desa Wisata Jawa Timur 2024. Dengan visi yang kuat untuk memajukan potensi kuliner desa wisata, Zabel berhasil meraih gelar Wakil 2 pada ajang bergengsi ini.
Dalam ajang yang berlangsung dari 25 hingga 31 Agustus 2024, Zabel berhasil mencuri perhatian dewan juri dengan presentasinya yang memukau mengenai potensi kuliner desa wisata di Kabupaten Malang. Ia meyakini bahwa kekayaan kuliner lokal dapat menjadi magnet bagi wisatawan dan sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat desa.
“Saya ingin menunjukkan bahwa kuliner desa kita memiliki daya tarik yang unik dan bisa bersaing di tingkat yang lebih luas,” ujar Zabel penuh semangat.
Persiapan matang dilakukan Zabel untuk menghadapi ajang ini. Tidak hanya fisik dan mental yang dipersiapkan, namun juga pengetahuan mendalam mengenai potensi desa wisata di Kabupaten Malang. Melalui program advokasinya, “Ayo Mangan Rek”, Zabel berupaya untuk mengangkat potensi kuliner desa wisata secara lebih luas.
“Saya melihat potensi yang sangat besar di desa-desa wisata kita, terutama di sektor kuliner. Dengan program ini, saya ingin mengajak masyarakat untuk lebih peduli dan terlibat dalam pengembangan desa wisata,” tambahnya.
Fokus pada Kuliner Lokal
Zabel menekankan bahwa kekayaan kuliner lokal adalah salah satu aset terbesar yang dimiliki desa wisata di Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Malang. Dengan memanfaatkan media sosial dan kolaborasi dengan masyarakat lokal, ia yakin dapat mempromosikan kuliner desa wisata secara lebih efektif.
“Saya akan terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melestarikan kuliner tradisional dan mengembangkannya menjadi produk wisata yang menarik,” tegasnya.
Sebagai Wakil 2 Puteri Desa Wisata Jawa Timur 2024, Zabel memiliki harapan besar untuk masa depan pariwisata desa. Ia ingin melihat desa wisata di Jawa Timur berkembang secara berkelanjutan, dengan melibatkan masyarakat lokal, menjaga kelestarian lingkungan, serta meningkatkan kualitas layanan wisata.
“Saya berharap bisa menjadi jembatan antara desa wisata dengan dunia luar, sehingga potensi desa wisata kita dapat semakin dikenal dan dikunjungi wisatawan,” pungkasnya.
Menjemput nasib, seperti yang diprediksikan Roland Barthes dalam bukunya, The Death of the Author (1968), yang meramalkan matinya sang pengarang. Memang, pengarang bisa menghadirkan diri lagi—meski “hanya” lewat dunia maya, yakni media sosial di Internet—namun jika itu ditahbiskan, maka praktik kebebasan atau keleluasaan pembaca dalam menafsirkan suatu karya akan pupus.